Bubur ayam merupakan salah satu menu  favorit kita untuk sarapan setiap harinya.  Makanan ini digemari oleh  hampir semua kalangan dan semua usia, mulai dari anak-anak hingga  dewasa. Namun tanpa kita sadari, ternyata ada suatu ancaman mengintai  kesehatan tubuh kita, yaitu BORAKS! Ya, boraks yang diindikasikan bisa  mengawetkan bubur tersebut ternyata ikut dimasukkan ke dalam adonan  pembuatan bubur ayam oleh pedagang bubur ayam yang berniat curang guna  memperoleh keuntungan dengan cara mengawetkan buburnya agar bisa tetap  dipergunakan esok harinya.
Berita mengenai Boraks yang terdapat  dalam bubur ayam ini baru ditayangkan sore ini pukul 17.00 WIB di  Reportase Investigasi di Trans  TV. Ternyata boraks ini begitu diminati  oleh pedagang-pedagang kecil. Namun memang tidak semua pedagang kecil  berbuat curang seperti itu. Pertimbangan faktor ekonomi lagi-lagi yang  menjadi alasan mengapa mereka nekat melakukan hal tersebut. Dengan  bermodalkan sedikit, mereka mengharapkan keuntungan yang lumayan, tanpa  memikirkan dampak atau akibat atas perbuatan mereka tersebut terhadap  para konsumen.
Dari Wikipedia:
Boraks merupakan asam borat murni sebagai bahan pembuatan industri farmasi. Dalam dunia industri, boraks menjadi bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoa. Dalam bentuk tidak murni, sebenarnya boraks sudah diproduksi sejak tahun 1700 di Indonesia, dalam bentuk air bleng. Bleng biasanya dihasilkan dari ladang garam atau kawah lumpur (seperti di Bledug Kuwu, Jawa Tengah).
Boraks merupakan asam borat murni sebagai bahan pembuatan industri farmasi. Dalam dunia industri, boraks menjadi bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoa. Dalam bentuk tidak murni, sebenarnya boraks sudah diproduksi sejak tahun 1700 di Indonesia, dalam bentuk air bleng. Bleng biasanya dihasilkan dari ladang garam atau kawah lumpur (seperti di Bledug Kuwu, Jawa Tengah).
Penggunaan boraks sebagai bahan makanan  sebenarnya telah dilarang oleh Pemerintah sejak Juli 1979, hal tersebut  dimantapkan kembali dengan SK Menteri Kesehatan RI No  733/Menkes/Per/IX/1988.
Boraks tidak aman untuk dikonsumsi  sebagai makanan, tetapi ironisnya penggunaan boraks sebagai komponen  dalam makanan sudah meluas di Indonesia. Mengkonsumsi makanan yang  mengandung boraks memang tidak serta merta berakibat buruk terhadap  kesehatan, tetapi apabila boraks masuk ke dalam tubuh manusia, maka akan  menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap dalam tubuh manusia secara  kumulatif. Dan akibat/efeknya akan dirasakan di kemudian hari.
Dampak karena seringnya mengonsumsi  makanan yang mengandung boraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan  ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak  terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan  depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal,  pingsan, hingga kematian.
Boraks biasanya dipakai dalam pembuatan  makanan berikut ini: kerupuk beras, sebagai komponen pembantu pembuatan  gendar (adonan calon kerupuk), mi, lontong (sebagai pengeras), ketupat  (sebagai pengeras), bakso (sebagai pengawet dan pengeras), kecap  (sebagai pengawet).
Pedagang bubur ayam keliling yang sempat  diliput oleh stasiun TV tersebut, menjelaskan bagaimana cara dia  membuat buburnya dengan menggunakan boraks tersebut, juga mengakui bahwa  ia memang sengaja memasukkan boraks tersebut ke dalam adonan buburnya  saat dimasak. Untuk ukuran beras 2 kg, maka boraks yang dimasukkan  sebanyak 1/2 sendok makan ke dalam adonan buburnya, kemudian ditambahkan   garam dan vetsin. Dia mengakui tidak mengetahui adanya bahaya yang  mengancam tubuh manusia bila terus menerus mengkonsumsi bubur yang  dicampuri boraks. Dia juga mengatakan bahwa hampir setiap pedagang bubur  ayam selalu mencampurkan boraks tersebut.
Melihat fenomena dan fakta tersebut,  hendaknya kita bisa membedakan bubur ayam yang mengandung boraks dan  yang tidak menggunakan boraks. Memang tidak mudah untuk membedakannya,  karena tampilan keduanya sama-sama encer dan putih. Cara membedakannya  adalah untuk bubur ayam yang dicampuri boraks, biasanya tekstur buburnya  tidak akan berubah dalam jangka waktu tertentu, masih tetap encer,  namun apabila kita memegang tekstur buburnya, maka akan terasa lengket  di tangan seperti lem. Sedangkan untuk bubur ayam yang tidak mengandung  boraks, tekstur buburnya akan mengental dan mengeras dalam jangka waktu  tertentu, karena air yang terkandung di dalam bubur tersebut akan  menyatu dengan buburnya. Bila kita pegang pun tidak akan terasa lengket.
Semoga informasi ini bermanfaat untuk kita semua. Agar kita merasa aman  dan tidak khawatir akan kandungan boraks tersebut, hendaknya kita bisa  membuat bubur ayam sendiri, terutama bila kita bermaksud untuk  memberikan bubur ayam tersebut kepada buah hati kita. Waspadailah  penggunaan boraks ini dalam makanan yang anda konsumsi, karena ternyata  boraks juga sering dicampurkan ke dalam adonan pembuatan otak-otak.  Pemberian boraks ini mampu menghilangkan mikroba bau busuk ikan yang  merupakan bahan dasar pembuatan otak-otak. 
Sumber : Reportase Investigasi
No comments:
Post a Comment