Al-Qur’an berbicara tentang kaum Tsamud dan kaum ‘Ad yang kepada mereka diutus Nabi Shaleh dan Nabi Hud. Banyak uraian al-Qur’an tentang kedua kaum ini, baik dari segi kemampuan dan kekuatan mereka, maupun kedurhakaan dan pembangkangan mereka terhadap Tuhan dan utusan-Nya. Mereka akhirnya dihancurkan Allah dengan gempa dan angin rebut yang sangat dingin lagi kencang.
“Kaum Tsamud dan ‘Ad telah mendustakan hari kiamat. Adapun Tsamud, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian luar biasa (petir dan suaranya yang menghancurkan), sedangkan kaum ‘Ad telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi kencang. Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari secara terus menerus, maka kamu lihat kaum ‘Ad ketika itu, mati bergelimpangan bagaikan tungul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk) (Q.S. Al-Haqqah [69]: 4-7)”.
Ditempat lain,diuraikan oleh al-Qur’an bahwa kaum ‘Ad memiliki kemampuan luar biasa sehingga mereka telah membangun kota Iram dan tiang-tiang yang tinggi-tinggi dan belum pernah dibangun di negeri lain sehebat itu sebelumnya.
“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Ad. Yaitu Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi-tinggi. Yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain. Dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah (Q.S Al-Fajr [89]: 6-9)”.
Ada yang meragukan informasi al-Qur’an ini. Tetapi sedikit demi sedikit bukti-bukti kebenarannya terungkap. Pertama kali ketika informasi al-Qur’an dan riwayat-riwayat yang diterima digabung dengan hasil-hasil penelitian arkeologi. Pada tahap ini yang ditemukan adalah adanya bukti-bukti arkeologi tentang terjadinya gempa dan angin rebut, seperti yang diuraikan oleh alQur’an. Masa itu diperkirakan merupakan masa hidupnya kaum-kaum yang dihancurkan Tuhan, serta ditempat yang diisyaratkan oleh kitab-kitab suci, seperti LEmbah Yordania, Pantai Laut Merah serta Arab Selatan.
Tentu saja penjelasan ini belum memuaskan semua pihak. Tapi dari hari ke hari bukti semakin jelas dan kini tidak ada alas an lagi untuk menolak informasi al-Qur’an.
Pada 1834 ditemukan didalam tanah yang berlokasi di Hisn Al-Ghurab dekat kota Aden di Yaman ― disebuah naskah bertuliskan aksara Arab Lama (Hymarite) yang menunjukan nama Nabi Hud. Dalam naskan itu antara lain bertulis, “Kami memerintah dengan menggunakn hukum Hud”. Selanjutnya pada 1964-1969 dilakukan penggalian arkeologis dan dari hasil analisi pada 1980 ditemukan informasi dari salah satu lempeng tentang adanya kota yang disebut “Shamatu, ‘Ad dan Iram”. Prof. Pettinato mengidentifikasikan nama-nama tersebut dengan nama-nama yang disebut pada surat al-Fajr.
Dalam konteks ini wajar pula untuk dikutip pendapat Father Dahood yang mengatakan bahwa “antara Ebla (2500 SM) dan al-Qur’an (625 M) tidak ada referensi lain mengenai kota-kota tersebut”. Bukti arkeologis lain tentang kota IRam adalah hasil ekspedisi Nicholas Clapp di Gurun Arabia Selatan pada 1992. kota Iram menurut riwayat-riwayat adalah kota yang dibangun oleh Shaddad bin Ud, sebuah kota yang sangat indah dan ketika itu bernama Ubhur. Namun Tuhan mengubur kota itu dengan longsoran padang pasir sehingga menelan kota tersebut akibat kedurhakaan mereka.
Nicholas menemukan bukti dari seorang penjelajah tentang jalan kuno ke Iram (Ubhur). Kemudian atas bentuan dua orang lainnya, yaitu Junis Zarin dari Univertsitas Negara Bagian Missouri Barat Daya, dan penjelajah Inggris Sir Ranulph Fiennes, mereka berusaha mencari kota yang hilang itu bersama-sama ahli hokum George Hedges.
Mereka menggunakan jasa pesawat ulang alik Challenger dengan system Satellite Imaging Radar (SIR) untuk mengintip bagian bawah gurun Arabia, yang diduga sebagai tempat tenggelamnya kota yang terkena longsoran itu. Untuk lebih meyakinkan, mereka juga meminta jasa satelit Prancis, yang menggunakan system pengindraaan optic. Mereka menemukan citra digital berupa garis putih pucat yang menandai beratus-ratus kilometer rute kafilah yang ditinggalkan, sebagian berada dibawah tumpukan pasir yang telah menimbun selam berabad-abad hingga mencapai 183 M.
Berdasarkan data ini Nocholas Clapp dan rekan-rekannya meneliti tanah tersebut danb melakukan pencarian pada akhir tahun 1991. pada Februari 1992, mereka menemukan bangunan segi delapan dengan dinding-dinding dan menara-menara yang tinggi, mencapai sekitar 9 M. agaknya itulah sebagian dari apa yang diceritakan oleh al-Qur’an bahwa “penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi-tinggi (Q.S. Al-Fajr [89]: 7)”.
Demikian sekali lagi al-Qur’an membuktikan kebenaran-Nya dan membuktikan pula jajni-Nya bahwa :
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) kami disegenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehinggal jelaslah bagi mereka bahwa al-Qur’an adalah benar. Apakah tidak cukup (bagi kamu dan mereka) bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu (Q.S Fushshilat [41]: 53)”.
Source : M. Quraish Shihab “Mukjizat Al-Qur’an”.
0 comments:
Post a Comment