Setelah
semua makhluk hidup dibangkitkan dari alam kubur, mereka digiring ke sebuah
tempat pengumpulan. Tempat inilah yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan
Al-Mahsyar atau Padang Mahsyar, sebuah tanah datar berwarna putih yang tidak
ada tanda sedikitpun padanya, tidak ada gundukan semacam gunung atau cekungan
seperti danau kering, semuanya rata. Ditempat inilah seluruh manusia akan
dikumpulkan, setiap oranghanya menempati wilayah hanya memadai untuk kedua
telapak kakinya.
“Dari Tsauban pembantu Rasulullah, ia berkata, Saya pernah berdiri di
dekat Rasulullah, tiba-tiba datanglah seorang pendeta Yahudi berkata,
“Assalamu’alaika wahai Muhammad.” (Tsauban menyebutkan hadits secara
keseluruhan, dan didalamnya disebutkan). Lalu pendeta itu bertanya, “Di mana manusia berada pada hari (ketika)
bumi diganti dengan bumi yang lain, dan (demikian pula) langit”. (QS.
Ibrahim: 48). Maka Rasulullah bersabda, “Mereka
berada di dalam kegelapan sebekum melaukan penyeberangan Shirath”. (HR.
Muslim No 473)
Maksudnya,
sesungguhnya pada saat itu bumi dan tujuh langit telah diganti dan dihilangkan,
dan Allah akan menciptakan bumi yang lain. Manusia akan berada di bumi yang
baru tersebut setelah keberadaan mereka di atas Shirath. Bumi yang baru tersebut dengan kekuasaan Allah, bisa
dimakan oleh calon-calon penghuni surge selama masa mereka menunggu keputusan
Allah di Padang Mahsyar. Saat para calon penghuni surge tersebut merasakan
lapar di padang Mahsyar, mereka bisa mengambil tanah yang mereka pijak untuk
mereka makan, karena ia bagaikan sepotong roti di genggaman tangan mereka.
Sebagaimana
dijelaskan oleh hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim yang
artinya: “Dari Abu Sa’id Al-Khudriyi
bahwasanya Nabi bersabda, ‘pada hari kiamat, bumi adalah sekerat roti yang
dibolak-balikkan oleh tangan Allah Yang Maha Perkasa, sebagaimana salah seorang
di antara kalian membolak-balikkan roti yang ia buat sebagai bekal dalam
perjalanan jauh. Allah menjadikannya sebagai roti sebagai makanan bagi calon
penduduk surga.”
Keadaan
manusia pada saat dikumpulkan adalah seperti saat pertama kali mereka
diciptakan, yaitu tanpa selembar kain pun yang menempel di badan, tanpa alas
kaki, dan dalam keadaan belum dikhitan. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits
yang shahih: Dari Abdullah bin Abbas, ia berkata: Rasulullah menyampaikan khutbah
dengan berdiri. Beliau bersabda, “Sesungguhnya kalian akan dikumpulkan tanpa
alas kaki, tanpa memakai selembar kain pun dan dalam keadaan belum dikhitan. Sebagaimana
firman Allah ‘Sebagaimana Kami memulainya pada kali pertama penciptaan,
demikian pula Kami akan mengembalikannya’ (QS. Al-Anbiya: 104). Dan sesungguhnya manusia yang pertama kali
akan diberi pakaian pada kiamat kelak adalah Ibrahim.”
Meski
demikian, tidak ada seorang pun yang mem[punyai keinginan dan kesempatan untuk
melihat aurat orang lain, karena masing-masing orang sibuk menghadapi urusannya
sendiri. Setiap orang sibuk untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatannya di
hadapan allah. Sebagaimana dijelaskan oleh firman Allah: “Setuiap orang pada hari itu menghadapi urusan yang menyibukkan
dirinya.” (QS. ‘Abasa: 37)
Di
dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan: Aisyah
berkata, “Aku mendengar Rasulullah
bersabda, ‘Pada kiamat, umat manusia akan dikumpulkan di Padang Mahsyar tanpa
alas kaki, tanpa mengenakan pakaian dan tidak dikhitan.’ Aku bertanya
kepada beliau, ”ya Rasulullah, apakah
laki-laki dan perempuan akan bercampur baur dan saling melihat aurat satu sama
lainnya?” Rasulullah bersabda, “Hai
aisyah, urusan meraka pada hari itu jauh lebih besar daripada keinginan untuk
saling melihat.”
Keadaan
manusia saat dikumpulkan di padang Mahsyar sangatlah beragam, bergantung
tingkat keimanan dana mal shaleh mereka semasa hidup di dunia. Allah akan
mengumpulkan orang-orang yang bertakwa dengan penuh kemuliaan. Mereka akan
diperlakukan seperti seorang utusan raja. Sebagaimana dijelaskan ioleh fiorman
Allah:
“(Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan
orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang
terhormat.” (QS. Maryam: 85)
Menurut
Ali bin Abi Thalib, mereka tidak dikumpulkan dengan berjalan kaki, dan tidak
dengan dihalau secara kasar. Mereka dikumpulkan dengan mengendarai kendaraan
terbagus yang belum pernah dilihat keindahan seperti itu sebelumnya, dihiasi
oleh hiasan-hiasan emas permata yang indah berkilau.
Orang-orang
islam yang banyak berbuat dosa dan orang-orang kafir akan dikumpulkan dalam
keadaan muka bermuram durja. Sebagaiman firman Allah:
“yaitu di hari (yang di waktu itu) ditiup sangkakala dan Kami akan
mengumpulkan pada hari itu orang-orang yang berdosa dengan muka yang biru
muram.” (QS. Thaha: 102)
Kondisi
yang lebih mengenaskan akan dirasakan oleh orang-orang kafir. Mereka akan
dikumpulkan dalam keadaan hina, berjalan dengan mukanya, dalam keadaan
kehausan, buta, tuli, dan bisu. Sebagaimana dijelaskan oleh firman Allah :
“Dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke nereka Jahanam
dalam keadaan dahaga.” (QS. Maryam: 86)
“Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka
mereka dalam keadaan buta, bisu, dan tuli. Tempat kediaman mereka adalah neraka
Jahanam.” (QS. Al-Isra: 97)
“Orang-orang yang dihimpunkan ke neraka Jahanam dengan diseret atas
muka-muka mereka, mereka itulah orang yang paling buruk tempatnya dan paling
sesat jalannya.” (QS Al-Furqan: 34)
Dalam
hadits yang shahih disebutkan, Dari Anas bin Malik bahwasanya ada seorang
sahabat yang bertanya kepada Rasulullah, “Wahai
Nabi, bagaimana bisa orang kafir berjalan menuju Allah dengan wajahnya?” Rasulullah
Menjawab, “Bukankah Allah yang membuatnya
mampu berjalan di atas kedua kakinya. Dia juga mampu untuk membuatnya berjalan
dengan mukanya pada hari kiamat kelak?” (HR. Bukhari & Muslim)
Sumber :
Abdur Rahman Al-Wasithi & Abu
Fatiah Al-Adnani. 1001 Wajah Manusia di Padang Mahsyar: Ragam Bentuk dan
Kondisi Manusia di Saat Langit dan Bumi Telah Berubah dalam Bentuk yang Baru.
Jakarta: QultumMedia, 2008.