Adakah eksistensi atau wujud dari sesuatu yang dinamai oleh Alquran dengan jin (atau setan)?
Imam Al-Haramain dalam kitabnya yang berjudul Asy-Syamil pernah menjelaskan, "Mayoritas ahli filsafat, orang-orang Qadariyah, dan kebanyakan kafir zindik (orang yang melahirkan keislaman tetapi batinnya kafir) sama sekali tidak mengakui adanya setan dan jin." Selanjutnya, beliau memberikan komentar dengan ungkapanya, "Tidak apalah orang-orang yang tidak mengakui adanya jin itu orang-orang yang tidak berpegang teguh dengan syariat, yang mengherankan adalah pengingkaran kaum Qadariyah dengan melandaskan pendapatnya pada nas-nas Alquran, hadis, dan atsar."
Abul Qasim al-Anshari dalam kitabnya yang berjudul Syarah al-Irsyad menerangkan, "Kaum Muktazilah juga mengingkari adanya jin, pengingkaran mereka ini justru menunjukkan kurangnya perhatian dan tipisnya keagamaan mereka. Sedang menurut hukum akli saja adanya jin ini tidak mustahil. Nas-nas Alquran dan hadis pun menunjukkan adanya jin. Oleh karena itu, bagi para cendekiawan yang berpegang pada syariat agama Islam pasti akan menetapkan sesuatu yang dibenarkan akal dan telah dinas oleh syara."
Abul Qasim Abu Bakar al-Baqilani memberikan keterangan yang lebih terperinci lagi, yaitu sebagai berikut :
· Mayoritas kaum Qadariyah mengakui adanya jin pada zaman dahulu, tetapi pada zaman sekarang mereka tidak percaya.
· Sebagian dari mereka ada yang menetapkan adanya jin tetapi tidak dapat dilihat lantaran jasadnya yang halus sehingga sinar pun dapat menembusnya. Ada yang memberikan alas an sehubungan dengan tidak terlihatnya, yaitu karena jin tidak mempunyai warna atau rupa.
· Berpegang teguh pada lahirnya dalil, hadis-hadis daif, serta konsensus ulama pada masa sahabat dan tabi'in cukup dapat meyakinkan kita bahwa jin dengan setan itu benar-benar ada. Dan orang-orang yang kuat agamanya tidak akan membantah kesepakatan ulama tersebut di atas. Barang siapa mengingkari keberadaan jin setelah mengetahui dasar-dasar yang digunakan, orang yang bersangkutan perlu dicurigai keagamaannya yang berarti pula bahwa ia telah keluar dari agama, yakni murtad.
Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa tidak seorang pun dari kaum muslimin dan kebanyakan dari golongan orang-orang kafir yang tidak mengakui adanya jin. Demikian juga orang-orang ahli kitab, baik Yahudi maupun Nasrani, mereka mengakui dan menetapkan bahwa jin itu benar-benar ada, yang demikian itu berita-berita para nabi a.s. telah mutawatir, menunjukkan bahwa jin itu ada hidup berakal sehat dan terkena beban baik yang berupa perintah maupun larangan.
Perlu dicatat bahwa ketika seseorang menyatakan bahwa jin adalah makhluk halus, maka kehalusan yang dimaksud tidak harus dipahami dalam arti bahwa hakikatnya demikian, tetapi penamaan itu ditinjau dari segi ketidakmampuan manusia melihatnya. Jika demikian, boleh jadi saja ia makhluk kasar, tetapi karena keterbatasan mata manusia, maka ia tidak terlihat, dan karena ia tidak terlihat, bahasa manusia menamakannya makhluk halus.
Dalam pandangan sementara ilmuwan muslim ada lima hal yang merupakan hierarki keseluruhan realitas wujud, yaitu alam naasuut (alam materi), alam malakuut (alam kejiwaan), alam jabaruut (alam roh), alam laahuut (sifat-sifat uluhiyah), dan alam haahuut (wujud zat Ilahi). Kelima ragam bentuk wujud di atas mereka sebut dengan istilah al-hadharaat al-ilahiyah al-khams (lima kehadiran Ilahi). Hanya alam pertama yang dapat dijangkau oleh manusia secara umum, dan karena itu Allah bersumpah dalam Alquran, "Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat dan apa yang kamu tidak lihat." (Al-Haaqah: 38--39).
Berkaitan dengan makhluk ciptaan Allah, Alquran secara tegas menyatakan, "Dia (Allah) menciptakan apa yang kamu tidak ketahui." (An-Nahl: 8).
Janganakan makhluk-makhluk yang menghuni seluruh alam raya, yang berada di planet bumi yang kita huni saja belum semua dapat kita ketahui, bahkan dari kita sebagaimns banyak sisinya yang sampai kini masih merupakan hal-hal yang gaib sekalipun bagi para pakar.
Ilmu pengetahuan hingga kini belum banyak mengetahui rahasia fenomena alam yang terbentang di hadapan ilmuwan, bahkan walaupun yang mereka gunakan dalam eksperimen-eksperimen mereka, misalnya listrik! Bahkan, dewasa ini banyak pakar yang percaya adanya sesuatu yang tidak dikenal atau tidak mereka ketahui.
Harian terkemuka Mesir, Al-Ahram, menulis pada tanggal 19 Mei 1999 dalam halaman pertamanya berita berikut. Dalam eksperimen ilmiah yang belum pernah dilakukan sebelumnya dan yang diikuti oleh 400.000 pengguna komputer di seluruh dunia sedang diadakan satu upaya mencari indicator-indikator yang dapat membuktikan adanya makhluk-makhluk hidup di tempat-tempat lain di alam raya ini. Eksperimen tersebut terlaksana dalam satu wadah kerja sama ilmiah Inggris dan Amerika dengan nama "Penelitian tentang Makhluk Hidup di Luar Bumi", bertujuan menemukan peradaban makhluk-makhluk berakal di alam raya dengan menggunakan dua teleskop raksasa yang mampu menangkap signal-signal yang datang dari kejauhan sampai 200 juta tahun cahaya. Karena signal yang ditangkap oleh kedua teleskop tersebut sangat banyak, para peneliti mengundang semua pemilik komputer yang berminat untuk menghubungi pusat komputer yang melakukan studi ini untuk membantu melakukan analisis terhadap informasi yang mereka terima. Sampai sejauh ini, kami belum menerima laporan terbaru dari eksperimen tersebut.
Merupakan satu keangkuhan intelektual, menolak atas nama ilmu pengetahuan, wujud sesuatu yang diinformasikan oleh kitab suci dengan alasan bahwa dunia empiris tidak menyaksikannya atau laboratorium tidak mendeteksinya. Kebenaran tidak diukur di laboratorium, atau dibuktikan melalui eksperimen. Banyak informasi dari kitab suci yang dahulunya oleh para ilmuwan dianggap atau ditafsirkan secara metaphor, tetapi kini ternyata benar dan tidak perlu dipahami secara metaphor.
Di sisi lain, kepercayaan dan agama bersumber dari rasa manusia yang terdalam. Perasaan tidak diukur dengan ukuran material atau harus dihidangkan dalam dunia nyata. Para ilmuwanlah yang terlebih dahulu menertawakan, bahkan mengecam siapa yang menggunakan alat ukur yang tidak sesuai dengan objek yang akan diukur. Anda keliru jika menggunakan timbangan untuk mengukur panjang dan luas ruangan.
Ada banyak hal yang tidak diinformasikan agama, boleh jadi karena tidak perlu diketahui manusia, boleh jagi juga karena bila dijelaskan tidak akan dicerna oleh pikirannya. "Mereka bertanya tentang roh. Katakanlah, 'Roh adalah sebagian dari urusan Tuhanku.' Kalian tidak diberi pengetahuan kecuali sedikit." (Al-Isra: 85).
Meskipun telah dicapai kemajuan dalam bidang psikologi, yang belum terungkap dari jiwa manusia masih jauh lebih banyak. Ini terhadap manusia yang wujudnya terlihat dan terukur, dapat diraba dan dibawa ke laboratorium untuk diuji dan dianalisis. Bagaimana dengan sesuatu yang sejak semula dinyatakan jin, yakni sesuatu yang tersembunyi dan yang tidak dapat dilihat oleh manusia? Sekali lagi jangan tergesa-gesa menolaknya. Memang ada informasi dari kitab suci yang belum terbukti. Ada juga yang sebelum ini tidak dapat dibuktikan oleh generasi lalu, tetapi kini telah terbukti. Sekali lagi, merupakan kekeliruan intelektual menolak informasi yang belum terbukti itu selama belum dapat dibuktikan kekeliruannya dengan alat ukur yang sesuai.