NEW YORK - Apakah ukuran menentukan? Inilah pertanyaan
yang kerap muncul terhadap berat badan bayi dan pertumbuhan berat bayi di awal
Tahun. Muncul kecemasan terkait dugaan bahwa bayi yang dianggap memiliki bobot
terlalu berat bakal berisiko mengembangkan diabetes dan obesitas di kemudian
hari.
Sejumlah periset di AS pun mengkaji tren pada berat
bayi lahir dan ukuran untuk memastikan faktor risiko mengidap obesitas di
kehidupan nanti. Riset itu dilakukan setelah berat dan panjang bayi lahir di
tenggara Ohio mengalami peningkatan dalam beberapa dekade terakhir. Namun
temuan studi mengungkap tidak ada kaitan antara obesitas di kemudian hari
dengan saat kanak-kanak.
Riset terbaru yang dipublikasikan di The Journal of
Pediatrics, menggunakan data ke belakangan hingga 1929 untuk mencatat jejak
perkembangan ukuran bayi saat lahir hingga dewasa. Para peneliti menemukan
mereka yang lahir setelah 1970 tertimbang satu pon lebih berat dan berukuran
lebih dari setengah inchi lebih panjang ketimbang bayi-bayi yang lahir pada
dekade sebelumnya.
"Namun bayi yang dianggap anak besar pada 1930-an
tidak dianggap bayi besar saat ini," ujar salah satu peneliti, Ellen
Demerath dari Divisi Epidemiologi, Kesehatan Masyarakat dan Komunitas,
Universitas Minnesota.
Namun pada usia satu tahun, sebagian besar bayi
memiliki ukuran sama dengan bayi pada generasi sebelumnya. Temuan itu memberi
sugesti bahwa bayi terlahir kecil pada masa lalu mengalami pertumbuhan cepat
dalam tahun pertama sehingga memiliki berat rata-rata bayi modern.
Ternyata bukan hanya bayi, rata-rata ukuran ibu juga
meningkat dalam dekade terkini, terlihat dalam indeks massa tubuh (BMI), sebuah
metoda yang menggunakan ukuran relatif berat badan dengan tinggi tubuh. Antara
1930 dan 1949, 18 persen ibu dalam studi memiliki BMI yang dikategorikan sebagai
pengidap obesitas.
Kemudian pada tahun 1990 dn 2008 terjadi peningkatan
dalam kategori tersebut hingga 48 persen.
Beberapa periset berspekulasi bahwa BMI besar saat
hamil mengarah pada bayi lebih besar. Kondisi itu dicemaskan berkontribusi pada
obesitas anak-anak di kemudian hari.
Untuk menguji pandangan tersebut, Demerath dan kolega
perisetnya menggunakan data dari studi jangka panjang di Ohio terhadap bayi
baru lahir sejak 1929 dan ibu-ibu mereka. Sejumlah 620 bayi yang mereka pantau
ditimbang dan diukur dari sejak lahir hingga berusia 3 tahun dan semua adalah
keturunan Eropa.
Some researchers have speculated that higher maternal
BMIs are leading to bigger babies, which in turn may contribute to obesity
later in childhood.
"Ini adalah kelas masyarakat di mana mayoritas
warga berada, kelas menengah, semi urban yang dipantau jejaksnya," ujar
Demerath. "Dan ternyata ada banyak perubahan besar dalam pertumbuhan
bayi."
Perbedaan rata-rata pertumbuhan setelah kelahiran
antara bayi di generasi awal dan kemudian, ujar Demerat, cenderung terkait
kesehatan ibu saat kehamilan.
Pada periode pra-1970-an, "Angka bobot bayi lahir
relatif rendah dan kesehatan ibu mungkin tak sebaik saat ini," ucap
Demerath.
Para periset menyimpulkan pula bahwa tingginya jumlah
bayi pada era moderan yang diberi susu formula juga menerangkan alasan
pertumbuhan lambat mereka di awal tahun. Namun, kesimpulan itu belum bisa diuji
dengan informasi yang mereka peroleh.
Demerath mengatakan, di atas itu semua, pertumbuhan
lambat menjadi tantangan bagi mereka yang meyakini bahwa bayi besar pemicu
epidemi obesitas saat ini. "Tidak berarti bayi dengan pertumbuhan berat
badan tinggi bakal berakhir dengan masalah obesitas," ujar Demerath.
Pendapat itu juga dikuatkan oleh guru besar dari
Departemen Pengobatan Populasi dari Sekolah Kedokteran Havard, Dr. Emily Oken.
Berhati-hati, ia berkomentar sulit untuk memprediksi pertumbuhan keseluruhan
seseorang pada usia-usia awal.
"Saya pikir dalam rentang usia dua hingga lima
tahun terlalu dini untuk memastikan bagaimana prospek jangka panjang seseorang
terhadap risiko kesehatannya dan ukuran tubuhnya," ujar Oken.
Oken menambahkan beberapa anak terlihat sedikit
menambah berat badan setelah empat dan lima tahun.
Pada 2010, sebuah studi berbasis pada data lebih dari
36 juta bayi di seluruh AS, Oken dan kolega risetnya menemukan bahwa bayi
dilahirkan pada 2005 berukuran lebih kecil ketimbang mereka yang lahir pada
1990. Grupnya tak bisa menerangkan tren berdasar karakteristik ibu atau bayi,
atau berdasar perubahan panjang kehamilan.
Oken mengatakan hasil studinya tak lantas bertentangan
dengan temuan di Ohio. Ia hanya menekankan bahwa studinya hanya berdasar pada
data terkini populasi nasional. Ia juga mencermati bahwa secara umum bayi-bayi
di penjuru dunia menjadi lebih besar sejak 1950-an.
Menurut Demerath, pesan utama dari riset tersebut
yakni kondisi kesehatan ibu benar-benar berbeda pada beberapa dekade lalu.
Namun ia dan koleganya menyimpulkan rata-rata pertumbuhan tahun pertama
kehidupan tak bisa menjelaskan keterkaitan dengan obesitas di kemudian
hari.
Sumber : Republika.co.id
0 comments:
Post a Comment