Segala puji bagi Allah yang
segala nikmat-Nya kita dapat hidup bahagia di bumi-Nya ini, kita masih bisa
menghirup udara pagi yang segar sehingga kita bisa merasakan keagungan dan
kekuasaan-Nya Yang Maha Besar. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
Rasul kita, rahmat bagi seluruh alam, pemberi syafaat untuk kita di akhirat,
dan teladan kita semua, Nabi Muhammad S.A.W.
Sahabat, jika kita melihat
seekor ulat yang merayap di pohon atau dinding luar rumah, tentu kita akan merasa
jijik melihatnya. Bahkan tak jarang ada orang yang membunuh ulat itu tanpa
pandang bulu, tanpa berpikir jika ulat itu ingin hidup lebih lama untuk menjad
kupu-kupu yang sempurna. Ulat selalu saja dipandang sebelah mata oleh manusia,
selalu dipandang sebagai perusak, penganggu, hama, dan sebagainya.
Penampilan ulat memang ada yang
mengerikan karena bulu-bulunya yang lebat dan adapula yang berbulu tajam serta
besar ukurannya. Ada juga yang tidak berbulu dan berwarna hijau muda, terlihat
cute, tetapi masih ada saja orang yang jijik terhadapnya, padahal ulat itu
adalah makhluk Allah yang harus kita sayangi. Ada ulat yang senang memakan
tanaman para petani, lantas petani itu membasminya, dan selalu menyalahkan ulat
karena tanamannya rusak, tapi apakah petani itu sudah bersyukur kepada Allah
atas hasil panennya? Apakah petani itu sudah bertaqwa kepada Allah? Jika Allah
Berkehendak, tentu ada tujuannya. Jika para petani itu tidak bersyukur atas
nikmat Allah berupa hasil panen, maka patutkah kita menyalahkan ulat karena
ulah kita sendiri yang tidak bertaqwa dan bersyukur kepada Allah?
Coba kita berpikir untuk
menelaah bagaimana siklus kehidupan ulat ini. Dia menetas dari sebutir telur
yang sangat kecil yang menempel pada daun atau dahan pohon. Kemudian seiring
berjalannya waktu, ulat itu menetas dari telurnya dan mulai mencari makanannya.
Setelah tubuhnya mulai menjadi besar dan dewasa, dia mulai memperbanyak makan
untuk persiapan proses metamorfosis, setelah dirasa cuukup memenuhi perutnya,
maka proses metamorfosis dimulai. Mula-mula ulat akan mendekati dahan pohon,
lalu ulat itu mengeluarkan benang-benang lendir dari mulutnya untuk membentuk
sebuah pupa/kepompong. Setelah beberapa waktu berada didalam kepompong,
akhirnya ulat itu berubah menjadi kupu-kupu yang indah.
Perjuangan yang sangat luar
biasa yang dialami kupu-kupu baru ini, dia sungguh kesulitan ketika keluar dari
kepompongnya karena kondisi badannya yang basah dan sayap yang berat karena
masih mengandung air, dengan susah payah dia keluar, secara otomatis air yang
berada didalam sayap kupu-kupu itu terperas oleh kepompong, kemudian sayap
kupu-kupu itu menjadi kering dan kuat untuk membawanya terbang, dan sayapnya
itu sungguh indah jika dipandang karena pola gambar di sayapnya yang beraneka
rupa dan warna, Subhanallah.Setelah menjadi kupu-kupu, dia mencari makan dengan
menghisap nektar bunga. Secara tidak langsung, kupu-kupu itu telah
menggoyangkan benang sari dan menjatuhan butir sari ke kepala putik, sehingga
bunga itu dapat mudah berkembang biak, meski daur hidupnya tidak lebih dari 53
hari, tetapi kupu-kupu sangat memberi manfaat kepada makhluk Allah lainya,
yaitu bunga. Karena sayapnya yang indah, tidak sedikit manusia yang mengagumi
keindahan kupu-kupu tersebut dan ingin menjaganya supaya tidak punah.
Sahabat, apakah pelajaran yang
bisa kita petik hikmahnya dari daur hidup ulat diatas? Kita ibaratkan ulat itu
sebagai manusia. Jika ingin menjadi manusia yang baik, tentunya memerlukan
beberapa tahapan yang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Manusia sering
melakukan kekhilafan baik disadarinya mupun tidak, melakukan maksiat dan dosa
yang tidak diridhoi Allah, dan hal ini tentu adalah sesuatu yang buruk,
kekhilafan ini adalah sebagai ulatnya.
Ketika manusia itu tersadar
akan semua kekhilafan, dosa, dan perbuatan maksiatnya selama ini, dia lantas
segera bertaubat kepada Allah. Proses Taubat juga tidak mudah, perbuatan yang
buruk selama ini harus diganti degan perbuatan yang baik, tujuannya adalah
untuk menghapus perbuatan yang buruk itu. Harus diawali dengan membiasakan
berbuat sesuatu yang ma'ruf, yang paling sulit adalah memulai segala sesuatu,
jika permulaan yang baik itu sudah menjadi kebiasaan, tentunya akan menjadi hal
yang mudah. Proses taubat ini membutuhkan waktu yang tidak singkat, proses taubat
ini adalah sebagai kepompongnya.
Setelah proses taubat itu
berjalan dengan baik, beristighfar, lalu menyesal dengan segala perbuatan buruk
yang telah dilakukan dulu, kemudian berjanji untuk tidak melakukannya lagi,
diiringi dengan perbaikan perubahan sikap yang selalu berada dalam kebaikan,
dan berusaha untuk konsisten dengan perbuatan ma'rufnya itu. Apabila ada yang
meminta tolong kepadanya, maka dia dengan senang hati menolong orang tersebut,
bersikap sopan dan ramah kepada semua orang, selalu ingin membantu kesulitan
orang, tetapi dia sendiri tidak ingin dibantu oleh siapapun, kecuali mengharap
pertolongan dari Allah semata. Perbuatan ma'ruf ini adalah sebagai
kupu-kupunya.
"Apabila orang-orang yang
beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah:
"Salaamun alaikum". Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih
sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu
lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan
perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(QS. Al An'am [6] : 54).
"Kecuali orang-orang yang
taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan
tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama
orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang
beriman pahala yang besar." (QS. An Nisa [4] : 146).
Ya Allah, ampunilah kesalahan
kami, terimalah taubat kami, peliharalah keihlasan kami, dan jagalah diri kami
dari segala perbuatan dosa agar kami senantiasa selalu berada dijalan-Mu.
Sumber
: Eramuslim
0 comments:
Post a Comment