Wednesday, 4 January 2012

Belajar Dari Sang Ulat




Segala puji bagi Allah yang segala nikmat-Nya kita dapat hidup bahagia di bumi-Nya ini, kita masih bisa menghirup udara pagi yang segar sehingga kita bisa merasakan keagungan dan kekuasaan-Nya Yang Maha Besar. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasul kita, rahmat bagi seluruh alam, pemberi syafaat untuk kita di akhirat, dan teladan kita semua, Nabi Muhammad S.A.W.
Sahabat, jika kita melihat seekor ulat yang merayap di pohon atau dinding luar rumah, tentu kita akan merasa jijik melihatnya. Bahkan tak jarang ada orang yang membunuh ulat itu tanpa pandang bulu, tanpa berpikir jika ulat itu ingin hidup lebih lama untuk menjad kupu-kupu yang sempurna. Ulat selalu saja dipandang sebelah mata oleh manusia, selalu dipandang sebagai perusak, penganggu, hama, dan sebagainya.
Penampilan ulat memang ada yang mengerikan karena bulu-bulunya yang lebat dan adapula yang berbulu tajam serta besar ukurannya. Ada juga yang tidak berbulu dan berwarna hijau muda, terlihat cute, tetapi masih ada saja orang yang jijik terhadapnya, padahal ulat itu adalah makhluk Allah yang harus kita sayangi. Ada ulat yang senang memakan tanaman para petani, lantas petani itu membasminya, dan selalu menyalahkan ulat karena tanamannya rusak, tapi apakah petani itu sudah bersyukur kepada Allah atas hasil panennya? Apakah petani itu sudah bertaqwa kepada Allah? Jika Allah Berkehendak, tentu ada tujuannya. Jika para petani itu tidak bersyukur atas nikmat Allah berupa hasil panen, maka patutkah kita menyalahkan ulat karena ulah kita sendiri yang tidak bertaqwa dan bersyukur kepada Allah?
Coba kita berpikir untuk menelaah bagaimana siklus kehidupan ulat ini. Dia menetas dari sebutir telur yang sangat kecil yang menempel pada daun atau dahan pohon. Kemudian seiring berjalannya waktu, ulat itu menetas dari telurnya dan mulai mencari makanannya. Setelah tubuhnya mulai menjadi besar dan dewasa, dia mulai memperbanyak makan untuk persiapan proses metamorfosis, setelah dirasa cuukup memenuhi perutnya, maka proses metamorfosis dimulai. Mula-mula ulat akan mendekati dahan pohon, lalu ulat itu mengeluarkan benang-benang lendir dari mulutnya untuk membentuk sebuah pupa/kepompong. Setelah beberapa waktu berada didalam kepompong, akhirnya ulat itu berubah menjadi kupu-kupu yang indah.
Perjuangan yang sangat luar biasa yang dialami kupu-kupu baru ini, dia sungguh kesulitan ketika keluar dari kepompongnya karena kondisi badannya yang basah dan sayap yang berat karena masih mengandung air, dengan susah payah dia keluar, secara otomatis air yang berada didalam sayap kupu-kupu itu terperas oleh kepompong, kemudian sayap kupu-kupu itu menjadi kering dan kuat untuk membawanya terbang, dan sayapnya itu sungguh indah jika dipandang karena pola gambar di sayapnya yang beraneka rupa dan warna, Subhanallah.Setelah menjadi kupu-kupu, dia mencari makan dengan menghisap nektar bunga. Secara tidak langsung, kupu-kupu itu telah menggoyangkan benang sari dan menjatuhan butir sari ke kepala putik, sehingga bunga itu dapat mudah berkembang biak, meski daur hidupnya tidak lebih dari 53 hari, tetapi kupu-kupu sangat memberi manfaat kepada makhluk Allah lainya, yaitu bunga. Karena sayapnya yang indah, tidak sedikit manusia yang mengagumi keindahan kupu-kupu tersebut dan ingin menjaganya supaya tidak punah.
Sahabat, apakah pelajaran yang bisa kita petik hikmahnya dari daur hidup ulat diatas? Kita ibaratkan ulat itu sebagai manusia. Jika ingin menjadi manusia yang baik, tentunya memerlukan beberapa tahapan yang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Manusia sering melakukan kekhilafan baik disadarinya mupun tidak, melakukan maksiat dan dosa yang tidak diridhoi Allah, dan hal ini tentu adalah sesuatu yang buruk, kekhilafan ini adalah sebagai ulatnya.
Ketika manusia itu tersadar akan semua kekhilafan, dosa, dan perbuatan maksiatnya selama ini, dia lantas segera bertaubat kepada Allah. Proses Taubat juga tidak mudah, perbuatan yang buruk selama ini harus diganti degan perbuatan yang baik, tujuannya adalah untuk menghapus perbuatan yang buruk itu. Harus diawali dengan membiasakan berbuat sesuatu yang ma'ruf, yang paling sulit adalah memulai segala sesuatu, jika permulaan yang baik itu sudah menjadi kebiasaan, tentunya akan menjadi hal yang mudah. Proses taubat ini membutuhkan waktu yang tidak singkat, proses taubat ini adalah sebagai kepompongnya.
Setelah proses taubat itu berjalan dengan baik, beristighfar, lalu menyesal dengan segala perbuatan buruk yang telah dilakukan dulu, kemudian berjanji untuk tidak melakukannya lagi, diiringi dengan perbaikan perubahan sikap yang selalu berada dalam kebaikan, dan berusaha untuk konsisten dengan perbuatan ma'rufnya itu. Apabila ada yang meminta tolong kepadanya, maka dia dengan senang hati menolong orang tersebut, bersikap sopan dan ramah kepada semua orang, selalu ingin membantu kesulitan orang, tetapi dia sendiri tidak ingin dibantu oleh siapapun, kecuali mengharap pertolongan dari Allah semata. Perbuatan ma'ruf ini adalah sebagai kupu-kupunya.
"Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah: "Salaamun alaikum". Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al An'am [6] : 54).
"Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar." (QS. An Nisa [4] : 146).
Ya Allah, ampunilah kesalahan kami, terimalah taubat kami, peliharalah keihlasan kami, dan jagalah diri kami dari segala perbuatan dosa agar kami senantiasa selalu berada dijalan-Mu.

Sumber : Eramuslim

0 comments:

Post a Comment