Arsitektur merupakan seni paling
awal yang selalu menjadi representasi utama seni sebuah bangunan. Seni
arsitektur yang nilainya lebih tinggi dari bangunan biasa dapat dilihat pada
tempat ibadah. Dalam Islam, seni arsitektur menemukan ekspresinya yang
tertinggi ketika ia diaplikasikan dalam arsitektur masjid.
Masjid, selain sebagai bangunan
sentral dalam Islam untuk beribadah, juga berperan sebagai sebuah ruang
pertemuan besar, forum politik, serta ruang pendidikan. Kebutuhan untuk shalat
berjamaah secara fisik telah terpenuhi dengan tersedianya masjid lengkap dengan
tempat beribadah dan berandanya yang beratap, tempat wudhu, mimbar, dan mihrab.
Sedangkan, kebutuhan politis terpenuhi dengan adanya gambar dan hiasan yang
indah.
Arsitektur masjid menjadi
refleksi hubungan antarras dan hubungan internasional dalam sejarah
perkembangan peradaban Islam ketika itu. Dapat dikatakan, arsitektur masjid
merupakan contoh yang jelas untuk melukiskan perpaduan budaya antara Islam dan
daerah sekitar tempat masjid itu berdiri. Selain dipengaruhi oleh budaya daerah
setempat, seni arsitektur masjid juga dipengaruhi oleh bahan baku yang tersedia
saat itu di wilayah tersebut, yaitu batu, batu bata, ataupun tanah liat.
Phillip K Hitty dalam bukunya,
History of the Arabs, mengatakan, Masjid Nabawi di Madinah merupakan prototipe
umum arsitektur mas jid-masjid besar pada abad pertama Islam. Arsitektur masjid
ini se derhana, hanya terdiri dari pelataran terbuka yang dikelilingi oleh
dindingdinding yang terbuat dari tanah liat yang dikeringkan. Untuk menghalangi
sinar matahari, ditambahkan atap untuk menutup seluruh ruang yang terbuka. Atap
tersebut terbuat dari batang pohon kurma yang juga dimanfaatkan sebagai tiang pe
nyangga.
Tak hanya itu, batang kurma juga
diletakkan di atas tanah yang kemudian digunakan Nabi Muhammad sebagai mimbar.
Pada awalnya, mimbar merupakan tempat duduk yang ditinggikan atau singgasana
yang digunakan oleh penguasa dan tidak terkait dengan peribadatan. Namun, dalam
perkembangan arsitektur Is lam, khususnya masjid, mimbar dijadikan sebagai
tempat untuk me nyampaikan khutbah dan hal ter sebut dimulai dari Masjid
Nabawi.
Tidak lama menggunakan batang
pohon kurma, Nabi Muhammad kemudian mengganti mimbar dengan sebuah podium dari
kayu cedar bertangga tiga. Dari bangunan Masjid Nabawi yang sederhana, gambaran
umum arsitektur sebuah masjid terdiri dari tiga hal, yaitu beranda atau
pelataran, atap, dan mimbar.
Ketika penyebaran Islam menuju
Asia Barat dan Afrika Utara dimulai, bangunan yang memiliki seni arsitektur
yang tinggi mulai dikuasai orang-orang Muslim. Penguasaan tersebut diikuti
dengan penguasaan terhadap pengetahuan dan keterampilan teknis bangsa yang
ditaklukkan. Beberapa masjid utama di Aleppo (Turki), Homs (Suriah), dan Beirut
(Lebanon) pada mulanya adalah bangunan gereja yang diubah menjadi masjid.
Di Madain (Irak), sahabat Sa’ad
ibn Abi Waqqash menggunakan iwan atau eyvan milik raja Persia, yaitu sebuah
ruangan dengan pilar yang membentuk busur sebagai tempat shalat. Di Damaskus,
Katedral Santo Yahya (St John) peninggalan Romawi Timur (Bizantium)
dialihfungsikan oleh Sultan al-Walid I dari Dinasti Umayyah menjadi sebuah
masjid yang diberi nama Masjid Umayyah pada 705 M. Begitu pula di Homs,
bangunan serupa juga dijadikan sebagai masjid.
Tentang berapa banyak jumlah
bangunan Kristen yang dijadikan masjid oleh al-Walid tidak ada data yang pasti.
Di Suriah, arsitektur masjid
dipengaruhi oleh gaya Suriah-Bizantium Kristen yang telah ada sebelumnya. Di
Mesopotamia (Irak) dan Persia (Iran), arsitektur masjid dipengaruhi oleh gaya
Kristen Nestorian dan Dinasti Sasaniyah yang merupakan akar tradisi atau hasil
karya peradaban sebelumnya. Sedangkan di Mesir, arsi tek tur masjid diwarnai
oleh gaya bagunan orang-orang Kristen Koptik.
Dapat disimpulkan, terdapat
empat mazhab seni arsitektur masjid. Di antaranya Mazhab Suriah-Mesir yang
mengikuti gaya Yunani Romawi, Mazhab Irak-Persia yang berakar pada Sasaniyah,
Kaldea, dan Suriah kuno, Mazhab Spanyol dan Afrika Utara yang memperlihatkan
pengaruh Gotik Barat dan Kristen setempat yang sering disebut mazhab Moor atau
Maghribi (Maroko), dan mazhab India-Cina yang memperlihatkan gaya Hindu dan
Buddha seperti beberapa masjid di Cina yang mirip dengan kuil.
Masjid pertama yang didirikan di
daerah penaklukan Islam adalah masjid di Bashrah yang dibangun oleh Utbah ibn
Ghazwan pada 637- 638 M. Selain membangun masjid, Utbah menjadikan kota di Irak
tersebut sebagai markas pasukan Muslim pada musim dingin. Masjid tersebut
dibangun di sebuah lokasi terbuka yang dikelilingi rerumputan dengan
menggunakan tanah liat dan batu bata yang dikeringkan oleh sinar matahari dan
anyaman rumput sebagai atap.
Pada 638-639 M, Muawiyyah
merenovasi masjid tersebut dengan menambahkan sebuah bangunan berupa beranda
dengan gaya arsitektur Sasaniyah dengan ciri utama kubah melengkung atau
lonjong, lorong-lorong berbentuk setengah lingkaran, menara spiral,
langit-langit utama yang melengkung, keramik dinding berglasir, dan atap berlapis
logam.
Sedangkan di Afrika, masjid
pertama yang dibangun oleh sahabat Amr Ibn al-Ash di Fustat, Mesir, pada 642 M
mempunyai sebuah mimbar yang dibuat dan dihadiahkan oleh Raja Nubia (Sudan)
yang beragama Kristen. Dalam bentuk aslinya, masjid yang dibangun Amr tersebut
sama seperti dengan masjid lainnya, yaitu hanya terdiri atas bangunan segi
empat sederhana tanpa mihrab dan menara.
Masjid lainnya di Mesir adalah
masjid yang dibangun oleh Uqbah bin Nafi’ di Kairawan pada 670 hingga 675 M.
Untuk pertama kalinya, hunian penduduk dibangun di sekitar masjid. Selain
pelataran, atap, dan mimbar, terdapat sebuah bangunan yang belakangan
ditambahkan dalam masjid, yaitu mihrab, maqshurah, dan menara.
Mihrab adalah bagian masjid yang
menjadi penunjuk arah shalat menjadi bagian utama dalam seni arsitektur masjid.
Mihrab dipandang sebagai standar umum untuk menentukan kualitas seni lukis
Islam yang terus mengalami perkembangan. Mihrab pada masjid Umayyah untuk
pertama kalinya berbentuk setengah lingkaran dan bentuk pintu seperti tapal
kuda.
Sedangkan, maqshurah adalah
sebuah bangunan khusus disamping bangunan umum masjid didirikan pada zaman
Muawiyyah selaku pen diri Dinasti Umayyah. Bangunan tersebut merupakan sebuah
ruangan berpagar di dalam masjid sebagai tempat khusus untuk khalifah. Maqshurah
biasanya digunakan para khalifah untuk mengasingkan diri dan atau untuk ber
musyawarah.
Ada alasan khusus mengapa
ruangan itu dibangun, yaitu untuk melindungi Muawiyyah dari usaha pembunuhan
oleh kelompok Khawarij. Kelompok ekstrem ini sebelumnya berhasil membunuh
khalifah Ali Ibn Abi Thalib.
Selain ragam bangunan yang
berkembang, arsitektur masjid juga diwarnai dengan hiasan yang indah. Tiga
ruang utama dan sayap penyangga kubah Masjid Umayyah dihiasi mozaik hasil karya
perajin Persia, India, dan seniman Yunani. Penggunaan marmer dan mozaik semakin
memperkaya hiasan dinding masjid.
Sumber : Republika.co.id
0 comments:
Post a Comment