Data WHO dan DHS (USAID) menunjukkan, di Indonesia pada 1991
angka kelahiran bayi dengan berat badan rendah adalah 2,6 persen. Pada 2007
angka itu mencapai 5,5 persen. Ini menunjukkan peningkatan angka kelahiran bayi
dengan berat badan rendah sebanyak lebih dari dua kali lipat.
Ahli perinatalogi terkemuka dan profesor emeritus dari
University ofPennsylvania, School of Medicine, Dr Gilberto R Pereira
menjelaskan, bayi prematur merupakan bayi yang lahir dengan kondisi khusus yang
berbeda dengan bayi kelahiran normal pada umumnya. Menurutnya, sebagian besar
penyebab bayi prematur tidak diketahui. Ada yang disebabkan oleh serviks tidak
kompeten, pre-eklampsia, pertumbuhan bayi terlambat, infeksi, dan beberapa
penyebab lain.
Senior Medical Manager PT Wyeth Indonesia, Dr Djaja Nataatmadja,
mengemukakan, angka kematian bayi prematur dengan berat lahir rendah (low birth
weight atau LBW) di Indonesia memang termasuk tinggi, yaitu mencapai 30 persen.
Ini juga mendorong tingginya angka kematian bayi di Indonesia.
Pereira mengungkapkan, bayi LBW ini berisiko kematian lebih
tinggi dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat normal. "Karena
itu, bayi prematur memiliki kebutuhan khusus serta perawatan yang tepat dan
seksama, ujarnya.
Menurutnya, asupan gizi bayi prematur perlu diperhatikan dan
perlu strategi nutrisi khusus. Strategi tersebut, antara lain, dengan
memastikan asupan gizi ekstra untuk ibu menyusui dan bayinya. "Bayi
prematur membutuhkan asupan protein yang lebih tinggi, begitu pula dengan
asupan mineral, vitamin, dan yang terpenting adalah asupan AA dan DHA yang
esensial", lajut Pereira yang juga berpengalaman sebagai editor untuk
berbagai jurnal akademik bidang kesehatan terkemuka di dunia.
Seorang ibu, lanjutnya, juga harus memonitoring ukuran
pertumbuhan setiap minggu pada bayi, mulai dari panjang lingkar kepala, dan
lainnya, mengecek retina mata, mengecek pendengaran, mengecek USG, dan tes
biokimia. Selain itu, Djaja menambahkan, ibu-ibu yang memiliki bayi prematur harus
membuat suhu badan si mungil pada angka 36,5-37,5 derajat Celsius untuk
menghindari hipotermia dan hipertermia.
Caranya dengan melakukan kangaroo-care, yakni sentuhan
kulit-ke-kulit dari ibu ke bayi prematur. Langkah berikut adalah disiplin dalam
memberikan asupan makanan, yakni sebanyak 8-10 kali sehari dengan nutrisi
alamiah yang kaya protein, vitamin, mineral, serta AA dan DHA. Dan, terakhir
ibu-ibu juga perlu fokus memperhatikan frekuensi BAB (buang air besar) dan BAK
(buang air kecil) bayi prematur.
Sumber : Republika.co.id
0 comments:
Post a Comment