Lebah membantu penyerbukan, sehingga
tumbuhan akhirnya bisa berbuah, dan tanaman pangan manusia bisa menghasilkan
makanan.
"Setidaknya 90 persen penyerbukan
tanaman biji-bijian dibantu lebah,” kata Warsito, ahli serangga Pusat
Penelitian (P2) Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Namun, Dunia saat ini terancam kehilangan
lebah. Pada tahun 2009, Pemerintah AS melaporkan terjadi penurunan koloni lebah
hingga 29 persen. Penurunan misterius lebah itu juga telah dilaporkan di Eropa,
Jepang, China, dan sejumlah negara lain sehingga mengancam pertanian tanaman
yang bergantung pada lebah penyerbuk.
Di Indonesia: Pada setiap awal musim kemarau
(Juni) hingga awal musim hujan (Desember), Kebun Raya Bogor biasa dipenuhi
koloni lebah hutan (Apis dorsata). Pada bulan-bulan itu, Kebun Raya Bogor biasa
ramai oleh dengung kepak sayap lebah hutan. Namun, suasana tiba-tiba berubah
pada tahun 2010. Nyaris sepanjang tahun tak terdengar dengung Apis dorsata di
sana. Peneliti lebah dari P2 Biologi LIPI, Sih Kahono, yang sejak 1993 meneliti
lebah hutan di Kebun Raya Bogor, terkaget-kaget dengan situasi ini.
”Saya melihat beberapa peristiwa yang tidak
pernah terjadi sebelumnya. Irama alam kacau. Beberapa tanaman tidak berbunga.
Ratusan ribu lebah dari 40 koloni yang biasanya muncul serempak dan pergi
bersama-sama tak terjadi lagi,” kata Kahono.
Jika lebah musnah dari muka bumi ini,
manusia hanya sanggup bertahan selama empat tahun. Tak ada penyerbukan, tak ada
tanaman, tak ada binatang lagi, tiada lagi manusia. (Albert Einstein)
Ungkapan fisikawan Albert Einstein ini
barangkali terlalu menyederhanakan, tetapi sebenarnya sangat masuk akal. Tanpa
lebah, tak akan ada penyerbukan, setidaknya prosesnya akan berkurang drastis.
Tiada penyerbukan berarti tiada makanan. Bagaimana manusia bisa bertahan tanpa
makanan?
Catatan: Manusia dapat melakukan penyerbukan
buatan. Tapi penyerbukan buatan itu juga tak sepenuhnya sukses, selain juga
membuat ongkos produksi pangan menjadi tidak rasional lagi.
Mengapa lebah menghilang? Salah satunya karena
terjadi colony collapse disorder
(CCD). Dalam setahun sejak dilaporkan pada tahun 2007, CCD telah memunahkan
sepertiga lebah (Apis mellifera) di Amerika Serikat dan menghabisi jutaan
koloni di seluruh dunia.
Gejalanya, yaitu sarang-sarang yang
ditinggalkan lebah pekerja dan menyisakan sang ratu serta bayi lebah yang
kelaparan dan akhirnya mati. Sejumlah peneliti menduga, CCD disebabkan
hilangnya kemampuan navigasi lebah akibat perubahan iklim sehingga mereka tidak
mampu menemukan jalan pulang ke sarang.
Selain perubahan iklim, lebah juga mengalami
desakan yang luar biasa karena rusaknya habitat. Lalu pestisida menjadi ancaman
yang paling ganas, selain pembalakan hutan.
Dari lebah kita bisa membaca, perubahan
iklim benar-benar telah hadir. Tak hanya lebah yang terancam, bahkan kehidupan
manusia itu sendiri dalam ancaman besar, sebagaimana diperingatkan Einstein.
Apa yang bisa kita lakukan menghadapi
kenyataan ini?
Setidaknya, sekecil apapun, ada
langkah-langkah yang bisa kita ambil untuk mengatasi hal ini, yaitu: menjaga
lingkungan, paling tidak lingkungan sekitar kita.
1. Rawat
tanaman di sekitar kita. Bahkan tanam lagi pohon demi pohon.
2.
Gunakan pestisida alami.
3.
Stop pembalakan hutan!
Maka: mari menanam & merawat pohon. Hijaukan lingkungan kita! demi kelestarian
bumi serta kehidupan yang lebih baik bagi kita semua dan generasi selanjutnya
Sumber : Kaskus.co.id
0 comments:
Post a Comment