Banyak alasan yang membuat kaum wanita jatuh
cinta kepada Islam. Banyak ‘kejutan’ dan respon yang mengungkapkan
tentang “ketertindasan” yang dialami kaum wanita di “negara-negara Islam
konservatif” terkait masalah jilbab. Sudah ribuan buku dan tulisan yang
membahas tentang hal ini.
Namun meskipun demikian, kita tak bisa
memungkiri ada ribuan atau bahkan jutaan wanita yang lebih memilih untuk
menutup auratnya dengan jilbab (red: hijab) meskipun ia tengah berada dalam
komunitas masyarakat yang bebas.
Mengapa permasalahan tentang wanita yang
mengenakan hijab terus diwacanakan? Pendapat tentang sepotong “kain” yang mampu
menindas kaum wanita adalah opini yang konyol dan mengada-ada. Pada
kenyataannya, kebanyakan dari kaum wanita merasa bahwa jilbab (hijab) telah
dibebaskan pada mereka dalam banyak cara.
Para perempuan Muslim tidak lagi tunduk pada
degradasi seksual perempuan dalam masyarakat jika mereka memakai jilbabnya.
Pernahkah Anda mendengar seorang wanita waras meminta untuk ditindas atau
rusak? Pastilah tak ada seorang pun yang berpikir demikian. Percayalah inilah
yang dirasakan oleh para perempuan Muslim di seluruh dunia.
Tentu saja Islam tidak melulu tentang
jilbab. Jilbab adalah suatu aplikasi aktual terhadap keimanan dan ketaatan
kepada Allah. Meskipun demikian, kewajiban akan pemakaian hijab adalah
bersifat fardhu ‘ain bagi kaum Hawa.
Iman Islam didasarkan pada beberapa prinsip,
yang pertama dan paling penting adalah konsep Allah yang Esa. Agung dan Kekal,
Tak Terbatas dan Maha Perkasa, Maha Penyayang dan Pengasih, Pencipta dan
Penyedia. Allah tidak memiliki ayah maupun ibu, tidak anak-anak juga. Dia
bukanlah ayah dari siapa pun. Tidak ada yang sama dengan-Nya. Ia adalah Allah
seluruh umat manusia, bukan dari suku atau ras tertentu.
Konsep ini jelas sangat menarik bagi orang
yang mempelajari Islam karena itu adalah logis, sederhana dan adil. Dalam dunia
yang kompleks dan sering ceroboh, kesederhanaan sangat menarik bagi wanita. Hal
pertama yang menonjol tentang Islam adalah konsep Allah yang Esa, Tauhid.
Selain itu, –yang mungkin menarik bagi kaum
wanita– adalah Islam banyak membahas permasalahan terkait wanita. Meskipun
tidak hanya terbatas tentang hal itu (wanita). Islam sendiri membahas
permasalahan yang terkait dengan seluruh umat manusia, kaum muda, tua, sakit
dan orang tak berdaya, dan orang kaya dan kuat. Islam bahkan membahas mengenai
kaum non muslim.
Islam juga berlaku di zaman modern. Hal-hal
yang ditulis 1400 tahun yang lalu masih bisa diterapkan untuk saat ini dan masa
yang akan datang. Hebatnya, banyak permasalahan terkait wanita ditunjukan
solusinya melalui Quran dan Sunnah (kehidupan dan ajaran Nabi Muhammad shallalahu alaihi wa salam).
Banyak para wanita yang bertanya-tanya
tentang hikmah di balik banyaknya jumlah istri Rasulullah Nabi Muhammad shallalahu alaihi wa salam.
Setiap salah satu dari istri beliau memainkan peran tertentu dalam Islam dan
sering disebut kembali ketika mencari penyelesaian masalah oleh perempuan.
Sebagai contoh, istri pertama Rasulullah shallalahu alaihi wa salam,
Khadijah (ra.) yang jauh lebih tua dari beliau 15 tahun, seorang wanita bisnis
kaya. Dalam hal ini terdapat tauladan bagaimana ketika seorang Muslim menikahi
seorang wanita yang usia jauh di atasnya dan dengan kekayaan yang lebih besar
darinya. Rasulullah SAW memberikan contoh dan tauladan bagaiman menempatkan
diri sebagai seorang suami.
Sementara itu, kenyataan lain bagi perempuan
adalah fakta bahwa seorang suami dan ayah, serta saudara dan paman diperintahkan
untuk melindunginya. Ini merupakan hukum alam terkait seorang wanita. Seorang
gadis tumbuh menjadi wanita yang aman ketika ia memiliki keluarga yang
melindunginya. Ketika dia melihat pria di sekelilingnya yang kuat, berani dan
terhormat ia pun mampu mengembangkan harga diri yang kuat.
Ketika dia tumbuh dan menikah dan menjadi
seorang ibu, pasti dia ingin perlindungan suaminya untuk dirinya sendiri dan
keturunannya. Jika kita menyangkal bahwa perempuan adalah seperti halnya
laki-laki yang mampu dan berperan sama sebagai pelindung, pada dasarnya kita
menyangkal hakikat seorang wanita dan menurunkan posisi manusia. Manusia
memiliki tempat dan peran dalam keluarga dan begitu juga perempuan.
Beberapa aspek lain dalam Islam yang menarik
bagi wanita, misalnya hak untuk bekerja, hak untuk memiliki properti, hak untuk
warisan dan seterusnya. Meskipun semua hal-hal ini penting untuk seorang
wanita, hal tersebut mungkin tidak terlalu menarik bagi wanita saat ini karena
mereka telah mendapatkannya sekarang.
Namun apa yang mengesankan adalah bahwa
mereka diberi hak-hak ini 1400 tahun yang lalu saat sejarah perempuan dalam
masyarakat Barat dimarjinalkan sebagai “kelompok masyarakat” dengan intelektual
lebih rendah dari pria, tetapi juga sumber utama dari penindasan dan kejahatan.
Tetapi dalam Islam, sejak kedatangannya wanita telah mendapatkan tempat yang
mulia.
Faktor terakhir yang paling menarik bagi
seorang wanita terhadap Islam adalah kedudukan seorang istri, ibu dan keluarga.
Islam mendudukkan keluarga dan pernikahan dalam status yang tinggi. Ibu
mendapatkan posisi tertinggi di “mata” Islam. Ada banyak contoh dalam Al Quran,
salah satunya dalam surat Luqmaan 31:14-15:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat
baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun . Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.
“Dan
jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. “
Istri diberi berdiri sangat tinggi dan
mempunyai ‘kedudukan’ yang sama dengan laki-laki sebagai manusia. seperti yang
tersurat dalam Al-Nisa 4:19.
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal
bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu
menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah
kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang
nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian jika kamu tidak
menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,
padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.“
Dan
Nabi shallalahu alaihi wa salam
berkata: “Dan perlakukan wanita dengan kebaikan, dan perlakukan wanita dengan
kebaikan.”
Dari
Abu Hurairah ra ia berkata : Rasulullah shallalahu alaihi wa salam bersabda,
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik diantara
mereka akhlaqnya, dan yang paling baik diantara kamu sekalian adalah orang yang
paling baik terhadap istri mereka”. [HR. Tirmidzi]
“Sebaik-baik
di antara kalian adalah orang yang paling baik terhadap istrinya, dan aku
adalah orang yang paling baik diantara kalian terhadap istriku.” Diriwayatkan oleh al-Tirmidhi, 3895;
digolongkan sebagai shahih oleh al-Albani dalam Shahih Al-Jami ‘, 3314.
Saat ini keberadaan sebuah keluarga seolah
berada di ambang kehancuran. Hal ini terjadi karena adanya persimpangan
semua perbatasan peradabaan sekuler atas. Keluarga tidak lagi dinilai sebagai
wadah dalam membentuk generasi berperadaban, tetapi konsep tentang berkeluarga
seolah menjadi momok yang dikoar-koarkan tentang beban berat yang hendak
dipikul terkait permasalahan ekonomi dan kebebasan.
Opini tentang pernikahan adalah pasung bagi
kaum wanita adalah wacana konyol yang digemboskan oleh kaum feminisme, karena
pada faktanya Islam mengatur tentang setiap adab dalam perkawinan dimana wanita
diposisikan dengan kedudukan yang mulia dalam hubungan perkawinan dan keluarga.
Tentunya semua wanita menginginkan
kemenangan bagi anak-anak mereka dan keluarga. Masyarakat dan kehidupan mungkin
telah berubah dalam banyak cara, namun dalam banyak hal esensi keberadaan
manusia masih sama.
Kisah berikut adalah contoh moral yang
sangat baik tentang bagaimana Islam memandang perempuan. Orang-orang Yunani
Iliad karya Homer dan kami memiliki Mu’tasim.
Seorang wanita Muslim diserang oleh orang
Romawi di kota Roma. Dia tidak diperkosa seperti saudari kita di Palestina. Dia
tidak dibunuh seperti saudara kita di Bosnia. Bayinya tidak diambil dari
perutnya, seperti saudara muslim di Bosnia ketika mereka dipotong hidup-hidup.
Tidak ada yang seperti itu yang terjadi padanya.
Pelecehan yang terjadi padanya ‘hanyalah’
disibakkannya kerudung penutup kepalanya oleh tentara Romawi, kemudian
dia berteriak minta keadilan agar haknya dilindungi oleh Penguasa Muslim
ketika itu, “Ya Mu’tasim”. Dan teriakan itu sampai di telinga Khalifah Mu’tasim
Billah.
Dalam suatu riwayat disebutkan Mu’tasim
menyuruh adzan keenam yang bertujuan untuk mengumpulkan semua umat Islam di masjid.
Dan mereka berkata, “Ada apa?”. Mu’tasim menjawab bahwa “Sebuah laporan telah
saya dengar, seorang saudari Muslim dilecehkan kehormatannya di sebuah kota
Romawi.”
Ia berkata “Wallahi, aku akan mengirim
tentara yang begitu besar sehingga saat mencapai rombongan tentara pertama yang
berangkat telah mencapai sana (kota tempat wanita tersebut tinggal, Roma),
rombongan tentara lain baru akan meninggalkan pangkalan kami. Dan saya akan
mengirimkan tentara ke kota itu.”
Ini adalah respon menentukan dari seorang
Khalifah, ketika kehormatan seorang saudari tersentuh. Bahkan kisah ini terus
dan tetap menjadi kisah dalam sejarah moral yang tetap sama. Dan hal ini juga
adalah alasan mengapa wanita mencintai Islam! Wallahua’lam.
Sumber:
Arrahmah.Com
0 comments:
Post a Comment