Sikap cemburu itu terdapat dua macam (kategori). Yaitu cemburu ‘terhadap sesuatu’ dan cemburu ‘dari sesuatu’. Cemburu kepada sang kekasih itu menunjukkan bukti, bahwa seseorang sebenarnya senang kepada kekasihnya. Juga cemburu agar tidak tertimpa hal yang tidak disukai, dan agar dalam bercinta tidak tersaingi dengan seseorang. Cemburu kepada kekasih tidak akan bisa sempurna, kecuali dengan cemburu kepada pesaing. Hal ini masih terpuji, dimana kekasih tidak ingin cintanya disertai dengan kehadiran orang lain. Adapun cinta yang boleh diikuti orang lain adalah seperti cinta kepada Rasulullah dan alam ciptaan Allah. Atau cinta kepada Allah, lantas disaingi oleh orang lain, maka tidak layak bersikap cemburu dalam hal ini, bahkan boleh dikatakan sebagai tindakan hasad.
Cemburu yang terpuji adalah seorang kekasih yang bercinta, lalu cemburu karena khawatir cintanya terarah kepada yang lain. Atau cemburu kepadanya karena khawatir cintanya diketahui oleh orang lain, lalu dirusak. Atau cemburu kepada perbuatan-perbuatan, dimana jangan sampai memiliki tendensi untuk selain kekasihnya. Atau cemburu kepadanya karena khawatir amal perbuatannya tercampuri dengan hal-hal yang dibenci oleh kekasihnya; seperti riya’ (beramal karena pandangan orang), berbangga diri, cinta untuk dipandang orang atau dalam keadaan tidak sadar bahwa seluruh perbuatannya selalu mendapatkan dukungan dari nikmat Allah.
Secara garis besar, kecemburuan seseorang di dalam seluruh keadaannya itu, juga amal perbuatan dan perkataannya, hendaklah terarah hanya untuk Allah. Begitu juga ia harus cemburu apabila ada waktu sedikit yang berjalan untuk selain Allah, yaitu ia berjalan untuk selain mendapat ridha Allah. Cemburu sedemikian ini datang dari seorang hamba. Yaitu ia cemburu terhadap pesaing yang sengaja memutuskan hubungan antara ia dan Allah, hingga waktunya tersisa untuk selain mencari ridha-Nya.
Sedangkan sang kekasih cemburu terhadapnya, karena ia khawatir apabila cintanya terisi dengan cinta lainnya, lalu boleh dikatakan cintanya mendua. Oleh karena itu, Allah cemburu kepada seorang Mukmin yang menjalankan apa yang diharamkan-Nya. Karena cemburu-Nya, maka beberapa kekejian dan kejahatan telah diharamkan oleh-Nya, baik yang lahir maupun yang batin. Sebab, manusia adalah hamba-Nya, Dia akan cemburu kepada hamba-Nya, sebagaimana seorang majikan cemburu kepada budak perempuannya. Dan Allah memiliki sifat Yang Maha Tinggi. Dia juga cemburu kepada hamba-hamba-Nya apabila memiliki kecintaan selain kepada-Nya, sekiranya kecintaan ini akan membuat kerinduan fisik dan menjalankan kekejian (serta larangan-Nya).
Barangsiapa yang hatinya sangat menghormati kepada Allah, lalu tidak mau berbuat kemaksiatan, maka Allah akan membuat hati orang-orang sangat menghormatinya, dan mereka tidak menghinakannya. Apabila akar makrifat telah tertanam di tanah hatinya, maka pohon cinta akan tumbuh dengan sendirinya. Dan apabila hal itu telah kokoh tertanam, maka akan membuahkan sikap taat, dan tidak hentinya pohon seperti itu menghasilkan buah yang baik.
Tanah fitrah adalah luas dan lapang, yang mana bisa ditanami dengan segala sesuatu. Apabila ditanami engan pohon Iman dan taqwa, maka akan merasakan (memetik hasil) yang manis selamanya. Apabila ditanami dengan pohon kebodohan dan hawa nafsu, maka akan pahit seluruh buahnya.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah.Memetik Manfaat Al-Qur’an. Daar Al Yaqiin li An Nasyar wa At Tauzii’, Mesir, Al Manshur.2000.
0 comments:
Post a Comment