Tuesday 9 August 2011

Pengaruh Syahadat Ketika Mati Dalam Menghapus Kesalahan


Bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah sangat memiliki pengaruh besar dalam melebur kesalahan. Karena, ia adalah kesaksian seorang hamba yang telah yakin, dan mengetahui arti yang terkandung di dalamnya. Sungguh beberapa syahwatnya (yang mengarah kepada keburukan) telah mati, dan jiwanya yang suka durhakan telah melemas. Lalu taat setelah pembangkangannya, menghadap setelah berpaling, dan tehina setelah mulia (dihadapan dunia). Lantas ia sudah lepas dari kecintaan kepada dunia dan segala bentuk kepentingannya.

Maka ia mulai menentukan sikap kehinaan yang paling hina dan yang paling mengharapkan pengampunan serta rahmat-Nya. Dia adalah Rabbnya dan penciptanya yang tepat. Lantas kemurnian tauhid telah tergambar dalam dirinya dengan sebab kesyirikan telah putus dan jelas salahnya. Lalu perselisihan telah lenyap dimana hal itulah yang membuat penghalangnya. Lalu cita-citanya hanya ingin ketemu dengan Allah yang jelas akan mendatangi-Nya, dan kepada-Nyalah sebaik-baiknya tempat kembali.

Seseorang dalam keadaan sedemikian ini menghadap kepada Allah dengan seluruh tubuhnya, ia menghadap dengan ruh, hati dan seluruh cita-citanya. Lalu ia mengarahkan diri lahir dan batin. Lalu batin dan lahirnya seiring, seraya berkata: Laa Ilaaha Illallah dengan hati yang ikhlas.  Saat inilah hati telah terlepas dari segala ketergantungan dengan makhluk, dan tidak lagi menengok kepada lainnya (sesama makhluk).

Sungguh dunia ini telah lepas dari hatinya, dan ia telah dekat untuk mendatangi Rabbnya. Lalu api syahwatnya telah padam, dan hatinya elah terisi dengan sepenuhnya untuk akhirat. Dan akhirat telah berada di hadapannya, serta dunia telah berada di belakangnya. Lalu syahadat murni ini menjadi akhir dari pembicaraannya. Dimana ia akan menjadi pembersih dosanya. Lalu syahadat itu pula yang membuatnya tergolong kedalam kelompok orang yang bisa masuk menemui Rabbnya, karena ia bertemu dengan Rabbnya dengan membaca syahadat yang murni, untuk penutup dari amal perbuatanya, dimana lahir dan batinnya telah menyatu.

Apabila syahadat sedemikian ini dibaca sewaktu dalam kondisi sehat, maka akan membuat orang yang mengucapkannya untuk bersikap tawadhu’ terhadap urusan keduniaan dan tidak berkumpul dengan penggemarnya. Lalu ia akan lari kepada Allah, dan senang dekat dengan-Nya, bukan kepada lainnya. Sedangkan apabila ia pada saat itu membacannya dengan hati yang penu dengan beberapa syahwat, senang terhadap kehidupan dan sebab-sebabnya, serta nafsu yang penuh dengn mencari bagiannya, maka ia akan selalu menengok kepada selain-Nya.

Seandainya syahadat itu murni, bersih, seprti waktu akan meninggal dunia, maka akan memiliki kisah lain dan kehidupan yang tidak sama dengan kehidupan hewani, Wallahul Musta’an. Apakah yang dimiliki dihadapan Allah yang ubun-ubunnya berada ditangan-Nya, dan jiwanya berada dalam kekuasaan-Nya, sedangkan hatinya berada diantara dua jari Rabbnya, dimana ia berkuasa untuk membalikkan hati dengan sekehendak-Nya.

Hidupnya berada di tangan-Nya, matinya juga berada dalam genggaman-Nya, kebahagiaan dirinya berada di tangan-Nya, celakanya berada di tangan-Nya, gerak dan diamnya, perkataan dan perbuatanya , semua itu adalah dengan izin dan kehendak-Nya. Ia (hamba) tidak bergerak kecuali dengan izin-Nya, dan tidak berbuat kecuali dengan kehendak-Nya.

Apabila dirinya diserahkan, maka sama dengan ditugaskan dengan orang yang lemah, banyak mengabaikan dosa dan kesalahan. Apabila dipertanggung jawabkan kepada orang lain, maka sama dengan menyerahkan kepada orang yang tidak memiliki bahaya, manfaat, mati, hidup atau membangkitkan. Apabila dibiarkan direbut musuh-Nya, maka akan dijadikan sebagai tawanan-Nya.

Apabila seseorang telah meninggal dunia, maka empat jalan rizki telah terputus. Akan tetapi Allah membukakan lagi delapan jalan,  yaitu pintu surga yang delapan; apabila orang tersebut termasuk kelompok yang bahagia. Dimana ia dapat masuk dari pintu mana saja yang ia kehendaki.
 
Demikianlah kebijakan Allah jika mencegah hamba-Nya mencintai sesuatu dari dunia. Yang karenanya, lebih utama dan bermanfaat, serta hal itu tidak akan dimiliki kecuali orang-orang Mu’min. sesungguhnya Allah telah mencegahnya untuk mendapatkan bagian yang rendah, lalu diberi bagian yag bagus dan tinggi. Dan itulah kerelaan Allah terhadap hamba-Nya.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah.Memetik Manfaat Al-Qur’an. Daar Al Yaqiin li An Nasyar wa At Tauzii’, Mesir, Al Manshur.2000.


0 comments:

Post a Comment