Selain Doctor
Octopus, Green Goblin, dan puluhan tokoh mematikan lainnya, Marvel Comics bisa
memasukkan satu lagi tokoh untuk menjadi lawan sepadan bagi Spiderman, yaitu
manusia ulat sutra. Pekan lalu, sebuah penelitian yang dipublikasikan di
Belanda, tepatnya di Proceeding of the National Academy of Sciences,
menyebutkan sutra ternyata lebih kuat dibandingkan sarang laba-laba.
Penelitian itu
adalah hasil pengujian atas serat dari ulat sutra yang direkayasa secara
transgenik di laboratorium milik Malcolm Fraser Jr, profesor Ilmu Biologi di
Universitas Notre Dame, Indiana, Amerika Serikat. Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa serat sutra hasil rekayasa genetika yang terdiri atas 95 persen protein
ulat sutra dan lima persen protein laba-laba itu ternyata sekuat serat sutra
yang dihasilkan oleh labalaba.
Tentu saja serat
itu lebih kuat daripada serat sutra biasa. Penelitian itu menunjukkan bahwa
ulat sutra dapat direkayasa untuk menghasilkan serat yang lebih baik. Dengan ke
kuatan nya, serat jenis baru tersebut bisa dipakai untuk bahan menjahit,
pembalut luka, ligamen buatan, tendon, perancah jaringan, mikrokapsul,
kosmetik, teks til, serta apli kasi militer seperti pembuatan rompi antipeluru.
Pe nemuan tersebut banyak disorot karena dianggap menjadi terobosan dalam usaha
pencarian panjang serat sutra berkekuat an super yang mudah diproduksi. “Ini
adalah sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya,” ujar Fraser seperti
dilansir Science Daily.
Fraser menggarap
proyek tersebut berkolaborasi dengan Donald Jarvis dan Randolph Lewis dari
Universitas Wyo ming. Jarvis membuat plasmid transgen, Fraser membuat ulat
sutra transgenik, sedangkan Lewis menganalisis serat yang dihasilkan ulat sutra
transgenik.
Saat ini, Fraser,
Lewis, dan Jarvis bersama Kraig Biocraft Laboratories yang memberikan dana
tambahan penelitian sedang mengevaluasi beberapa peluang bisnis untuk
menggunakan serat generasi pertama ini. Mereka berharap bisa membuat serat
sutra yang jauh lebih kuat lagi.
Proyek tersebut
menggunakan vektor piggyBac untuk menciptakan transgenik ulat sutra dengan
protein ulat sutra dan laba-laba. PiggyBac adalah sepotong DNA yang dikenal
sebagai transposon yang bisa menyisipkan dirinya ke dalam mesin genetik sel.
Penelitian ini
adalah puncak dari upaya yang dilakukan lebih dari 10 tahun yang lalu. Produksi
komersial sutra dari laba-laba tidak praktis karena serangga itu terlalu
kanibalistik dan teritorial (suka berkeliaran) sehingga tak efektif
diternakkan.
Para peneliti telah
bereksperimen dengan memproduksi bahan yang kuat dalam organisme-organisme
lain, termasuk bakteri, serangga, mamalia, dan tanaman. Namun, protein-protein
dari organisme tersebut membutuhkan mekanisme pemintalan mekanis untuk
menghasilkan seratnya, sebuah pekerjaan yang secara natural dilakukan oleh ulat
sutra.
Pengujian serat
sutra hasil rekayasa genetika ini merupakan lanjutan dari hasil penelitian
Universitas Notre Dame, Universitas Wyoming, dan Kraig Biocraft Laboratories
pada September 2010 lalu. Saat itulah pertama kalinya dilakukan rekayasa
genetika terhadap ulat sutra yang bisa memintal sutra dari gabungan protein
ulat dan laba-laba.
“Generasi dari
serat yang memiliki sifat seperti sutra laba-laba telah menjadi salah satu
tujuan penting dalam ilmu material. Beberapa tahun lalu, kami menemukan
transposon piggyBac dapat berguna untuk rekayasa genetika ulat sutra. Dengan
platform ini, produksi komersial serat laba-laba mulai menjadi jelas,” kata
Fraser.
Sutra laba-laba
memiliki sejumlah sifat fisik yang tidak biasa, termasuk kekuatan tarik dan
elastisitas yang secara signifikan lebih tinggi daripada se rat ulat sutra
alami. Inilah yang dicari dengan proyek ulat sutra transgenik karena serat
sutra yang dihasilkan mempunyai kekuatan dan fleksibilitas setara sutra
laba-laba alami. Sebelumnya, sangat sedikit sutra laba-laba buatan yang
diproduksi di laboratorium.
Sumber : Republika.co.id
0 comments:
Post a Comment