Kesenian
Jegog mendapat pengaruh dari luar/asing. Hal ini dapat terlihat dari kostum
yang digunakan oleh para pemainnya, perempuan menggunakan celana pendek dan
stoking, laki-laki menggunakan celana, jaket, dasi, kacamata hitam, dan sepatu
bot. Gamelan Jegog dipengaruhi pula oleh Hadrah yaitu jenis kesenian musik dari
komunitasLoloan. Lama-kelamaan kesenian Jegog dilengkapi dengan tari-tarian,
dan sempat menjadi drama Jegog, yaitu drama tradisional yang diiringi oleh
gamelan Jegog.
Setiap
instrumen dalam gamelan Jegog memiliki fungsinya sendiri dalam menyajikan suatu
materi gending. Gabungan dari fungsi setiap instrumen tersebut menghasilkan
gending yang menjadi ciri khas gamelan Jegog.
Karakteristik Gamelan Jegog
Gamelan
ini adalah sebuah orkestra dari marimbas bambu, dengan tombol (tabung) mulai
dari kecil hingga raksasa.Tabung terbesarnya mencapai pajang 3 meter.
Nada
resonansi bassnya terdengar sampai 1 kilometer atau bahkan lebih jika di daerah
yang tenang/sepi di Bali. Banyak bentuk unik figurasi yang dikembangkan untuk
gamelan ini, tesktur melodi yang kompleks sekali dalam skala 4 nada aneh,yang
tidak digunakan di gamelan lain.
Musik dari
gamelan jegog ini energik dan kuat. Bagian dari energi ini berasal dari
kekuatan fisik yang dibutuhkan untuk memainkan instrumen berat. Gamelan jjegog
bernada terendah begitu besar sehingga dua pemain harus berjongkok di papan
atas tabung, mereka sering menggunakan kedua tangan untuk memegang palu karet
yang berat. Sumber energi lain tentu berasal dari tradisi populer, jegog
mabarung, pertempuran, persaingan antara dua kelompok.
Gamelan
jegog tidak hanya ditampilkan dalam kompetisi. Gamelan ini juga dimainkan dalam
pertunjukan yang termasuk tarian yang berasal dari pencat silat, bentuk seni
bela diri Indonesia populer di Bali Barat. Dalam konteks ini master melucu,
disebut dag, sering muncul. Para dag berjalan melalui pemain diantara (dan
selama) berperan, berkomentar, bercanda, dan mengejek sebagai aksi panggung.
Gamelan jegog juga menyertai ras kerbau tahunan, yang berlangsung di Negara,
ibukota Jembrana.
Sebuah
gamelan jegog penuh terdiri dari instrumen perkusi berikut, masing-masing
dengan delapan tabung bambu:
a)
Tiga Barangan, duduk di depan
memainkan melodi utama. Para Barangan tengah, yang memimpin ensemble
b)
Tiga kantilan dan, sebuah oktaf
lebih tinggi, tiga Suir, semua saling bermain.
c)
Dua undir dan, satu oktaf lebih
tinggi, dua celuluk, bermain bun (melodi). Pemain bergantian memainkan antara
tangan kanan dan kiri.
d)
Satu jegog, satu oktaf lebih
rendah dari undir, dengan dua pemain mengeksekusi bun juga bermain alunan nada.
Suling
(seruling bambu) sering membumbui bun. Pada pertunjukan, biasanya ketika
mengiringi tarian, ada juga alt music lain seperti, kendang (drum), rebana,
kajar, ceng-ceng (simbal) dan tawa-tawa (gong kecil).
Empat nada
gamelan jegog adalah hal yang unik di Bali. Meskipun skala ini secara kasar
dapat ditiru dengan memilih alunan nada tertentu dari tujuh nada pelog skala (#
2, 3, 5, dan 7)
Jegog Mebarung
Kesenian
Jegog ini bisa dipakai sebagai atraksi pertarungan Jegog.
Pertarungan Jegog dalam bahasa Bali disebut “Jegog Mebarung”, yaitu pementasan seni Jegog dengan tabuh mebarung (bertarung).
Pertarungan Jegog dalam bahasa Bali disebut “Jegog Mebarung”, yaitu pementasan seni Jegog dengan tabuh mebarung (bertarung).
Mebarung
artinya bertarung antara dua jegog atau bisa juga bertarung antara tiga Jegog,
dalam Bahasa Bali disebut Jegog Barung Dua atau Jegog Barung Tiga.
Jegog
mebarung ini biasanya dipertontonkan pada acara-acara syukuran yaitu pada acara
suka ria di Desa. Jegog mebarung terdiri dari :
a)
Dua perangkat gamelan jegog atau
tiga perangkat gamelan jegog ditaruh pada satu areal yang cukup untuk dua atau
tiga perangkat gamelan jegog.
b)
Masing-masing Kru Jegog ini
membawa penabuh 20 orang.
Pada saat
mebarung masing-masing Jegog mengawali dengan menampilkan tabuh yang namanya
Tabuh Terungtungan yaitu suatu tabuh sebagai ungkapan rasa terima kasih dan
hormat kepada para penonton dan penggemar seni jegog, dengan durasi waktu
masing-masing 10 menit.
Tabuh
Terungtungan ini adalah tabuh yang suaranya lembut dan kedengarannya sangat
merdu karena melantunkan lagu-lagu dengan irama yang sangat mempesona sebagai inspirasi
keindahan alam Bali.
Setelah
penampilan Tabuh Terungtungan baru dilanjutkan dengan atraksi jegog mebarung
yaitu masing-masing penabuh memukul gamelan jegog secara bersamaan antara Kru
jegog yang satu dengan kru jegog lawan mebarung.
Penabuh
memukul gamelan jegog (musik jegog) dengan sangat keras sehingga kedengarannya
musik jegog tersebut sangat riuh dan sangat gaduh dan kadang-kadang para
penonton sangat sulit membedakan suara lagu musik jegog yang satu dengan yang
lainnya.
Karena
saking kerasnya dipukul oleh penabuh, maka tidak jarang sampai gamelan jegognya
pecah dan suaranya pesek (serak).
Tepuk
tangan dari para penonton sangat rame begitu juga sepirit dari masing-masing
Kru jegog sangat riuh saling ejek dan saling soraki.
Apalagi
Gamelan Jegognya sampai pecah dipukul oleh penabuh, maka sepirit dari kru Jegog
lawannya menyoraki sangat riuh dan mengejek dengan melakukan tari-tarian sambil
berteriak-teriak yang bisa kadang-kadang menimbulkan emosi bagi sipenabuh
Jegog.
Penentuan
kalah dan menang Jegog mebarung ini adalah para penonton karena Jegog mebarung
ini tidak ada tim juri khusus jadi tergantung penilaian para penonton saat itu.
Apabila
suara salah satu gamelan jegog kedengarannya oleh sipenonton lebih dominan dan
teratur suara lagu-lagunya, maka jegog tersebut dinyatakan sebagai pemenang
mebarung.
Sedangkan
hadiahnya bagi sipemenang adalah berupa suatu kebanggaan saja bagi kru Jegog
tersebut.
Karena
Jegog mebarung adalah pertunjukan kesenian yang tujuannya untuk menghibur para
penonton dan para penggemarnya, pertunjukan jegog mebarung adalah pertunjukan
hiburan.
Kesenian
Jegog ini sudah melanglang buana karena sudah sering melawat ke Luar Negeri dan
telah menembus 3 Benua seperti Eropa, Afrika dan Asia.
Sedangkan
intensitas lawatan ke Jepang yang paling menonjol sejak tahun 1971 di kota
Saporo, Pulau Hokaido oleh Nyoman Jayus hingga tahun 2003 di Kota Okayama. Dan
yang terkini pada 26 Juli-8 Agustus 2010 ini grup Jegog Suar Agung pimpinan I
Ketut Suwentra,SST. yang beranggotakan 18 seniman musik dan tari kembali
mengemban misi kesenian di sejumlah kota besar Jepang.
Demikian
adanya Kesenian Jegog di Kabupaten Jembrana yang terus berkembang dan tidak
pernah surut oleh perkembangan jaman dan apabila ingin menikmati keindahan
kesenian musik Jegog bisa ditampilkan setiap saat di Kabupaten Jembrana.
Sumber :
Kaskus
0 comments:
Post a Comment