Friday, 9 September 2011

Mataram : Kerajaan Islam Ketiga Di Tanah Jawa



Awal dari kerajaan Mataram adalah ketika Sultan Adiwijaya dari Pajang meminta bantuan kepada Ki Pamanahan yang berasal dari daerah pedalaman untuk menghadapi dan menumpas pemberontakan Aria Penangsang tersebut. Sebagai hadiah atasnya, sultan kemudian menghadiahkan daerah Mataram kepada Ki Pamanahan yang menurunkan raja-raja Mataram Islam kemudian.

Pada tahun 1577 M, Ki Gede Pamanahan menempati istana barunya di Mataram. Dia digantikan oleh putranya, Senopati, tahun 1584 dan dikukuhkan oleh Sultan Pajang. Senopatilah yang dipandang sebagai Sultan Mataram yang pertama, setelah Pangeran Benawa, anak Sultan Adiwijaya, menawarkan kekuasaan atas Pajang kepada Senopati. Meskipun Senopati menolak dan hanya meminta pusaka kerajaan, diantaranya Gong Kiai Skar Dlima, Kendali Kiai Macan Guguh, dan Pelana Kiai Jatayu, namun dalam tradisi Jawa, penyerahan benda-benda pusaka itu sama artinya dengan penyerahan kekuasaan.


Senopati kemudian berkeinginan menguasai juga semua raja bawahan Pajang, tetapi ia tidak mendapat pengakuan dari para penguasa Jawa Timur sebagai pengganti Raja Demak dan kemudian Pajang. Melalui perjuangan berat, peperangan demi peperangan, barulah ia berhasil menguasai sebagian.

Senopati meninggal dunia tahun 1601 M, dan digantikan oleh putranya Seda Ing Krapyak yang memerintah sampai tahun 1613 M. seda Ing Krapyak diganti oleh putranya, Sultan Agung, yang melanjutkan usaha ayahnya. Pada tahun 1619, seluruh Jawa Timur praktis sudah berada di bawah kekuasaannya. Di masa pemerintahan Sultan Agung inilah kontak-kontak besenjata antara kerajaan Mataram dengan VOC mulai terjadi. Pada tahun 1603 M, Sultan Agung menetapkan Amangkurat I sebagai putra Mahkota. Sultan Agung wafat pada tahun 1646 M dan dimakamkan di Imogiri. Ia digantikan oleh putra mahkota. Masa pemerintahan Amangkurat I hamper tidak pernah reda dari konflik. Dalam setiap konflik, yang tampil sebagai lawan adalah mereka yang didukung oleh para ulama yang bertolak dari keprihatinan agama. Tindakan pertama pemerintahannya adalah menumpas pendukung Pangeran Alit dengan membunuh banyak ulama yang dicurigai. Ia yakin ulama dan santri adalah bahaya bagi tahtanya. Sekitar 5000-6000 ulama beserta keluarganya dibunuh (1647 M). amangkurat I bahkan merasa tidak memerlukan title “Sultan”. Pada tahun 1677 M dan 1678 M, pemberontakan para ulama muncul kembali dengan tokoh spiritual Raden Kajoran. Pemberontakan-pemberontakan seperti itulah yang mengakibatkan runtuhnya Keraton Mataram.

Dr. Badri Yatim, M.A.”Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II”.PT Raja Grafindo Persada.Jakarta:2008.

0 comments:

Post a Comment