Stereotype dalam film yang
menggambarkan orang-orang dengan wajah rupawan memiliki sifat egois bisa jadi
memang sesuai kenyataan.
Setidaknya demikian hasil
penelitian kolaborasi dari Barcelona University dan Universidad Autonoma de
Madrid, Spanyol. Penelitian yang dipimpin oleh Santiago Sanchez-Pages dan
Enrique Turiegano itu menemukan bahwa orang-orang dengan wajah lebih simetris,
yang kerap diasosiasikan dengan kecantikan, cenderung lebih fokus dengan diri mereka
sendiri.
Klaim tersebut didasarkan oleh
ujicoba yang menggunakan model perilaku "prisoner’s dilemma", di mana
dua partisipan diberi opsi memainkan peran sebagai ‘merpati’ yang harus bekerja
sama untuk melakukan pekerjaan mulia, atau sebagai ‘elang’ dan memiliki
kesempatan berlaku egois.
Studi itu kemudian
mengungkapkan bahwa orang-orang dengan wajah simetris lebih tidak ingin bekerja
sama serta tidak mengharapkan orang lain untuk melakukan hal yang sama,
demikian dilansir Guardian, Senin (15/8/2011).
Sanchez-Pages dan Turiegano
berspekulasi bahwa secara tidak sadar manusia kerap memandang fitur wajah
simetris sebagai penanda kesehatan yang baik, sehingga membuat mereka lebih
menarik. Studi-studi terdahulu memang mengklaim bahwa individu dengan wajah
simetris jarang mengidap penyakit bawaan sehingga membuat mereka lebih ideal
sebagai pasangan hidup. Alhasil, mereka lebih mandiri dan merasa tidak membutuhkan
bantuan orang lain.
"Karena orang-orang dengan
fitur wajah simetris dianggap lebih sehat dan menarik, mereka menjadi lebih
mandiri dan merasa tidak perlu bekerja sama serta meminta bantuan dari orang
lain. Melalui seleksi alam selama ribuan tahun, karakteristik ini pun masih
bertahan hingga saat ini," tulis kedua akademisi itu.
Keduanya juga mengungkapkan
adanya hubungan antara tingkatan kerjasama seseorang dengan terpaan testosteron
dalam perkembangannya. Testosteron kerap diasosiasikan dengan tindakan agresif,
sehingga pria yang disebut ‘alpha male’ atau memiliki kadar testosterone
berlebih, disinyalir sulit untuk bekerja dalam tim.
Meski begitu, kedua peneliti
ini mengingatkan bahwa fitur simetri wajah maupun tingkatan testosteron
sebaiknya tidak dijadikan dasar untuk memprediksi tingkah laku seseorang.
Penemuan ini sendiri bakal
dipresentasikan pada gelaran tahunan Nobel Laureate di Lindau, Jerman, 23
hingga 27 Agustus mendatang.
Sumber
: ForumkamiNET
Yg jadi gambar perempuannya kok kaya teman saya ya?
ReplyDeletewah jadi seperti itu yah
ReplyDeleteperbedaan tepung terigu dan tapioka