Berwarna hitam, tapi rasanya enak.
Jangan menilai buku dari cover-nya. Jangan tertipu oleh fananya
dunia. Walau kadang cobaan yang kita hadapi terlihat berat, namun akan selalu
ada sesuatu yang indah di balik itu semua.
Ada yang dikemas dalam botol beling, botol plastik, plastik isi
ulang, maupun sachet plastik yang kecil.
Walau kita terlahir dalam kondisi yang berbeda-beda, ada yang
kaya tapi ada juga yang kurang kaya, ada yang ganteng/cantik tapi ada juga yang
kurang ganteng/cantik dikit, dsb, namun hidup yang dijalani pada dasarnya sama.
Lahir, tumbuh, berkembang, meninggal. Bagi yang sudah paham mungkin akan
memaknai hidup untuk beribadah di mana setiap materi, waktu, dan tindakan ada
pertanggungjawabannya.
Ada kecap manis, kecap asin, bahkan kini ada kecap pedas.
Begitulah kehidupan yang kaya akan aneka rasa dan warna. Hari
ini menangis, mungkin esok tertawa karena dunia senantiasa berputar.
Walau rasanya enak, tapi tetap ada yang tidak suka.
Ada juga orang yang tidak suka dengan dunia ini. Ada yang ingin
cepat2 mati maupun ingin bunuh diri, bahkan untuk alasan yang sebenarnya
simpel. Tapi ada juga yang ingin cepat mati karena rindu dengan Rabbnya. Walau
kita dianjurkan zuhud, akan tetapi selain habluminallah pun selagi masih
bernafas ada pula habluminannaas.
Mungkin rasa tidak pernah bohong, namun rasa yang di lidah pun
makin lama akan hilang tak berbekas.
Sekalipun hidup kita terasa nikmat, akan tetapi pada akhirnya
semua akan musnah.
Bila didiamkan saja maka bisa basi.
Bila hidup kita tidak dimanfaatkan atau tidak dimaknai, maka
akan menjadi sangat tak berharga dan hanya membuang waktu saja, seperti kata
Asy-Syahid Hasan Al Banna, “Sesungguhnya kewajiban kita lebih banyak dari waktu
yang tersedia”.
Terinspirasi ketika sedang makan siomay di tepi jalan, di bawah
awan mendung, bertemankan kendaraan yang lalu lalang.
0 comments:
Post a Comment