Analisis
terhadap suatu bangunan pada dasarnya tidak hanya berkenaan dengan
bagian struktur yang tampak di permukaan tanah, tetapi juga bentuk
dan teknologi pondasi bangunan. Jika dalam suatu penelitian arkeologi
hanya ditemukan pondasinya saja, pengetahuan tentang bentuk dan
teknologi pondasi dapat digunakan untuk memperkirakan teknik
pendirian bangunan, ukuran bangunan dan pertanggalan bangunan.
Tulisan ini akan membahas sedikitnya tentang matode analisis bangunan
khususnya bangunan megalitik. Untuk itu, kita harus mengetahui
terlebih dahulu pengertian dari megalitik itu sendiri dan juga benda
apa saja yang termasuk peninggalannya.
Megalitik
berasal dari kata Mega
yang
berarti besar, dan Lithos
yang
berarti batu. Oleh karena itu, megalitik adalah bangunan yang dibuat
dari batu besar, yag terjadi selama masih berhubungan dengan hal-hal
yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat sebelum ada pengaruh
Hindu-Buddha dan Islam. Pada masa Hindu-Buddha dan Islam, bahkan
sampai sekarang kebudayaan megalitik terus berkembang menjadi suatu
tradisi yang berakar di masyarakat. Istilah megalitik selalu
dikaitkan dengan kegiatan penguburan, pemujaan, dan kegiatan upacara
lainnya serta aktivitas sehari-hari.
Analisis
Bangunan Megalitik
- Jenis-jenis Bangunan Megalitik
Jenis
bangunan megalitik terdiri dari :
- Sarkofagus adalah bangunan yang terdiri dari wadah dan tutup dengan bentyuk dan ukuran yang sama (simetris).
- Dolmen yaitu meja batu, susunan batu yang terdiri dari sebuah batu yang ditopang oleh beberapa buah batu lain sehingga menyerupai meja. Variasi dari dolmen adalah Pandhusa (Bondowoso) yang pada bagian penyangganya berupa lempengan batu yang disusun sebagai dinding dengan tutup oleh sebuah batu pada bagian atasnya.
- Peti Batu yaitu peti berbentuk empat persegi panjang yang disusun oleh lempengan-lempengan batu yang terdiri atas lempengan dasar, lempengan penyusun empat dinding samping (kanan, kiri, atas, bawah), dan lempengan tutup. Susunan lempengan batu tersebut membentuk ruang tempat mayat dan bekal kuburnya diletakkan. Variasi lain dari peti batu adalah peti berbentuk kubus dengan tutup berbentuk atas limasan yang disebut Waruga (bahasa Minahasa), apabila kuburnya berbentuk persegi maka disebut dengan Kabang (bahasa Sumba).
- Punden Berundak adalah struktur bangunan yang disusun berundak, baik ke atas maupun ke belakana. Pada umumnya, di bagian atas undakan maupun tebingnya diperkuat dengan batu. Kadangkala masing-masing undak terdapat beberapa sekat dari tatanan batu.
- Tong Batu adalah wadah berbentuk silinder dengan tutup berbentuk bundar dan berukuran besar. Istilah lokal Sulawesi Tengah disebut Kalamba.
- Bilik Batu adalah bilik atau ruangan (sebuah atau lebih) yang dinding-dindingnya terdiri dari lempengan batu yang lebar dan tebal. Biasanya bilik batu tertanam didalam tanah.
- Menhir adalah sebuah monolit, baik yang dikerjakan maupun tidak, dengan dimensi panjang, lebar dan tebal. Menhir didirikan tegak di permukaan tanah.
- Pelinggih (tahta batu) adalah susunan batu yang terdiri dari sebuah alas dan sebuah sandaran.
- Batu Lesung adalah sebuah monolit yang dikerjakan atau tidak, dan pada permukaan atasnya diberi lubang yang berbentuk oval.
- Batu Lumpang adalah sebuah monolit yang dikerjakan atau tidak, dan pada permukaan atasnya diberi lubang berbentuk lingkaran.
- Batu Dakon adalah batu monolit yang dikerjakan atau tidak, dan pada permukaan atasnya diberi lubang lebih dari satu. Bentuknya menyerupai alat permainan dakon (bahasa Jawa).
- Batu Temu Gelang adalah beberapa batu yang disusun hingga membentuk lingkaran.
- Tetralit adalah beberapa batu yang disusun membentuk persegi.
- Teknis Analisis Bangunan Megalitik
Secara
umum analisis yang dilakukan pada bangunan megalitik berupa analisis
bentuk, teknologi dan konteks. Selanjutnya merupakan tahap
interpretasi dengan bantuan beberapa pendekatan, seperti kuantitatif,
kualitatif, perbandingan dan etnoarkeologi yang disesuaikan dengan
tujuan penelitian.
- Analisis Morfologi
Secara
umum bentuk-bentuk tinggalan megalitik sudah jelas seperti telah
diuraikan sebelumnya. Penjelasan temuan dilakukan dengan mengamati
morfologinya, yang diawali dari penjelasan jenis temuan, juga kondisi
temuah utuh, agak utuh (>50%), atau fragmentasi (<50%). Hal-hal
lain yang diamati adalah susunan temuan berupa tunggal atau himpunan
juga denah teman berbentuk melingkar, oval, bujur sangkar, empat
persegi panjang dan tidak beraturan.
Pengukuran
temuan dalam satuan cm dilakukan pada bagian panjang, lebar, tinggi,
tebal dan diameter lempengan batu penyusun disertai dengan jumlah
masing-masing bagian. Pengukuran pada sarkofagus, peti batu dan bilik
batu dilakukan terhadap panjang wadah, lebar wadah, tinggi wadah,
tebal wadah, panjang tutup, lebar tutup dan tebal tutup. Khusus
sarkofagus pengukuran juga dilakukan terhadap panjang dan lebar
lubang.
Pengukuran
pada batu lesung, batu lumpang dan batu dakon dilakukan terhadap
panjang, lebar, dan tinggi batu. Jika batu lesung, batu lumpang dan
batu dakon berbentuk bulat, maka pengukuran juga dilakukan terhadap
diameter batu. Khusus batu lesung, pengukuran juga dilakukan terhadap
panjang dan lebar lubang, sedangkan pada batu lumpang dan batu dakon
pengukuran dilakukan terhadap diameter dan kedalaman lubang. Khusus
batu dakon, dilakukan juga penghitungan jumlah lubang. Pengukuran
terhadap tong batu dilakukan terhadap tinggi dan diameter wadah;
diameter dan kedalam lubang; serta tebal dan diameter tutup.
Pengukuran
pada dolmen dilakukan terhadap panjang, lebar dan tebal batu datar;
tinggi, panjang dan jumlah batu penyangga. Pengukuran pada punden
berundak dilakukan terhadap panjang dan lebar denah; panjang, lebar
tinggi dan jumlah teras; lebar dan jumlah tangga serta jumlah anak
tangga. Pengukuran pada menhir dilakukan terhadap tinggi, lebar dan
diameter. Jika menhir berbentuk persegi, pengukuran dilakukan
terhadap tebal menhir.
Pengukuran
pada batu temu gelang dan tetralit dilakukan terhadap kisaran
panjang, lebar, tebal batu; jarak antar batu. Pada batu temu gelang
pengukuran juga dilakukan pada diameter denah; sedangkan pada
tetralit pengukuran dilakukan pada panjang dan lebar denah.
- Analisis Teknologis
Untuk
mendapatkan keterangan tentang bahan, maka jenis bahan temuan
megalitik harus diamati secara seksama. Jenis bahan penyusun,
biasanya disesuaikan dengan lingkungan sekitar, bahan apa yang
tersedia apakah diambil langsung dari alam atau melalui proses
pengerjaan. Analisis ini perlu memperhatikan teknik pembuatan megalit
atau sering disebut dengan konstruksi merupakan hasil pemahatan atau
disusun dari batu alam. Selain itu, diamati juga teknik hias temuan
megalitik. Teknik hias biasanya berupa temuan megalitik teknik
pahat, gores dan lukis. Sebagai contoh, pada peti kubur batu.
Penggunaan jenis bahan tertentu berpengaruh terhadap konstruksi yang
digunakan. Konstruksi yang digunakan adalah sederhana, sponningen
dan
swastika.
Konstruksi
sederhana biasanya menggunakan kerikil (batu-batu kecil) yang disusun
pada sudut pertemuan dinding panjang (bagian panjang) dan dinding
pendek (lebar). Adapun yang dimaksud dengan teknik sponningen
adalah
pembuatan kubur dengan takikan/torehan/goresan antar dindingnya
dengan disertai dengan batu-batu penyangganya.
- Analisis Stilistik
Pada
analisis stilistik pengamatan dilakukan terhadap ragam hias. Ragam
hias pada bangunan megalitik umumnya berupa motif geometris, flora,
fauna dan antropomorfiks. Raga hias tersebut biasanya mempunyai pola
hias tunggal dan gabungan.
- Analisis Kontekstual
Pengamatan
dilakukan pada benda-benda di sekitar temuan megalitik. Sebagai
contoh pada peti kubur, pengamatan dilakukan di dalam dan di luar
peti kubur batu. Di luar peti kubur batu meliputi bentuk-bentuk
temuan megalitik, yaitu menhir, arca batu, dolmen, atau yang lainnya.
Juga perlu pengamatan kondisi lingkungan di sekitarnya, seperti
letak/adanya gunung atau laut. Adapun pengamatan terhadap tinggalan
arkeologi di dalam peti kubur batu meliputi rangka, orientasi
kubur/arah hadap, dan bekal kubur. Selain itu dilakukan juga
pengukuran jarak antar temuan dan jarak temuan dengan sumber daya
alam yang ada disekitarnya. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui
pola persebaran temuan.
Demikianlah
gambaran sedikit mengenai beberapa metode dalam analisis bangunan
megalitik. Mudah-mudahan bermanfaat bagi semua orang umumnya dan bagi
diri pribadi saya sendiri khususnya.
Analisa ya terlalu sederhana
ReplyDelete