A. Pendahuluan
Bagi
kawasan Melayu, tampaknya belum ada satu teori yang secara tunggal dapat
menjelaskan secara lengkap dan meyakinkan tentang kenapa terjadinya proses
pengislaman secara besar-besaran di wilayah ini, sehingga Islam selanjutnya
muncul sebagai agama yang dianut mayoritas terbesar penduduk Asia Tenggara.
Agaknya berbagai teori itu harus dipadukan sedemikian rupa sehingga mampu
menjelaskan secara lebih lengkap dan meyakinkan.
Berbagai
faktor dan alur-alur kesejarahan yang ditempuh umat Islam dan masyarakat Asia
Tenggara sejak kedatangan Islam sampai sekarang secara bersama-sama, baik
langsung maupun tidak, mempunyai andil masing-masing dalam mengakibatkan
terjadinya islamisasi besar-besaran dan sekaligus intensifikasi kesadaran
keislaman.
Proses-proses
itu, sering berliku-liku dan menempuh jalan yang tidak harus selalu sama,
karena bagaimanapun proses islamisasi dan intensifikasi keislaman itu banyak
pula dipengaruhi situasi dan faktor-faktor lokal yang ditemui Islam, inilah
yang kemudian menyebabkan timbulnya perbedaan dalam tingkat penetrasi Islam di
berbagai wilayah di Asia Tenggara, yang pada akhirnya menimbulkan perbedaan
dalam pandangan, penghayatan dan pengamalan Islam dikalangan penganutnya. Akan
tetapi, satu hal yang pasti dinamika islamisasi dan intensifikasi keislaman itu
tidak pernah berhenti sampai sekarang dalam berbagai bentuk perwujudan di Asia
Tenggara.
Dalam
makalah ini kami akan membahas bahasan yang hanya dikhususkan mengenai Islam di
Singapura, pembahasannya mencakup sejarah Negara Singapura, masuk dan
berkembangnya Islam di wilayah Singapura termasuk lembaga dan aktifitas
keagamaan Islam dan posisi masyarakat Islam di Singapura.
B. Letak Geografis dan Sejarah
Singapura
Singapura
terletak tepat di ujung pantai selatan Semenanjung Melayu, yang terpisah dari
dataran Semenanjung Malaka ( Johor ) oleh Selat Johor, dan dihubungkan oleh
sebuah tambak yang bernama tambak Johor. Republik Singapura merupakan sebuah
Negara pulau yang terdiri dari sebuah pulau Singapura ( Temasek ) dan 54
pulau-pulau kecil, termasuk pulau-pulau karang. Luas wilayahnya sekitar 621,4 dan berpenduduk 2.800.000 jiwa, dengan
kepadatan penduduk 4.590 / km.
Berdasarkan
naskah Pararaton abad ke- 15 dari
kerajaan Majapahit, sejak akhir abad ke- 12 Singapura merupakan salah satu dari
sepuluh kota yang indah yang berada dibawah kekuasaan Majapahit. Termasuk dalam
naskah Negarakertagama disebutkan
pula bahwa Temasek sebagai kota-kota yang masuk dalam jajahan kerajaan
Majapahit di Jawa.
Istilah Singapura
sendiri muncul pada tahun 1299, ketika seorang putra Raja Tamil yang bernama
Sang Nila Utama bersama istrinya Putri Banten Wan Sri Bini saat berlayar ke
daerah ini. Berdasarkan legenda sejarah Melayu, setelah kedua orang ini beserta
rombongannya tiba di tempat ini, mereka melihat seekor binatang buas melintasi
jalan yang akan mereka lalui. Binatang itu sebesar kambing, ternyata binatang
itu seekor singa, kemudian Sang Nila Utama memberi nama daerah ini dengan
sebutan Singapura (kota singa).
Sejak akhir
abad ke- 14 sampai pada tahun 1511 M, Singapura menjadi wilayah bagian dari
kerajaan Malaka. Parameswara yang semula beragama Hindu, yang diusir oleh
Majapahit dari Tumasik, kemudian mendirikan kerajaan di Malaka (1396 – 1414)
dan merebut kembali daerah Tumasik ( Singapura ) ini. Akibat hubungan yang
intim dengan pedagang-pedagang muslim, Parameswara akhirnya memeluk agama Islam
dan bergelar Sultan Iskandar Syah. Pada abad ke- 18 Singapura berada dibawah
wilayah kekuasaan kesultanan Johor, dengan seorang temunggung sebagai kepala
pemerintahannya.
Pada abad ke-19,
Singapura sudah menjadi pelabuhan transit yang sangat penting karena jalurnya
yang sangat penting. Oleh karena itu, akhirnya Inggris mengambil langkah untuk
menciptakan Singapura sebagai pusat kota dagang di Asia Tenggara. Maka dari
itu, pada tahun 1818 M gubernur jendral Inggris di India memerintahkan kepada
Sir Thomas Stamford Raffles, untuk bisa merebut dan mengusai Singapura dan
wilayah-wilayah penting lainya yang berada di daerah kawasan Melayu tersebut.
Pada tanggal 28 Januari 1819 Raffles berhasil mendaratkan armadanya untuk
kemudian mengadakan perundingan dengan Sultan Husain dari Johor dan
tumenggungnya di Singapura Abdul Rahman, untuk mengadakan aliansi dalam
penguasaan Singapura. Perjanjian ini terwujud pada tanggal 30 Januari 1819
untuk menjadikan Singapura sebagai wilayah yang bisa diatur bersama dalam satu
sistem. Kemudian pada tahun 1824, Sultan Johor dan Tumenggung Abdul Rahman
menyerahkan wilayah tersebut kepada Inggris dengan mendapatkan imbalan ganti
rugi. Sejak tahun 1826 Singapura berubah statusnya menjadi bagian dari
Straits-Settlements ( negara-negara selat ) bersama-sama dengan Penang, Malaka
dan Welleslay sebagi wilayah jajahan Inggris. Singapura menjadi koloni Inggris
sampai tahun 1946, karena Straits-Settlements dibubarkan, kemudian Singapura
berdiri sendiri yang bergabung dalam British-Commonwealth. Tahun 1959
konstitusi Singapura terbentuk dengan pemerintahan sendiri dengan gubernurnya
Sir William Goode, dengan perdana mentri pertamanya yang diangkat pada tanggal
5 Juni 1959 yaitu Lee Kuan Yew.
Tahun 1961
Perdana Mentri Malaya Tun Abdul Rahman, membuat gagasan untuk membentuk Negara
Malaysia yang terdiri dari federasi
Malaya, yaitu Singapura, Serawak, Borneo Utara, dan Brunai, karena ia
khawatir jikalau Singapura menjadi basis komunis. Akan tetapi hal ini
menimbulkan konflik dengan Indonesia, terkait dengan perebutan Borneo Utara
yang bergabung dengan Malaysia. Keadaan konflik ini dimanfaatkan oleh Lee Kuan
Yew pada tanggal 9 Agustus 1965 untuk memisahkan Singapura dari Malaysia, dan
terbentuklah Negara baru ditengah-tengah kebudayaan dan etnik Melayu secara
umum. Sejak inilah Singapura menjadi Negara yang paling heterogen dari segi
etnik, sekalipun mayoritas Melayu. Selain Melayu, mereka terdiri dari etnik
China, India, dan sedikit Arab.
C. Masuknya Islam dan Perkembanganya
di Singapura
Sampai
sekarang belum dapat ditemukan bukti-bukti yang jelas kapan pertama kalinya
islam masuk ke Singapura, tetapi berdasarkan perkiraan sezaman dengan masa
aktifnya para pedagang muslim yang sudah ada di Malaka, Islam masuk ke
Singapura pada abad ke- 8 karena pada abad tersebut para pedagang muslim ini
telah sampai ke Kanton, China, yang kemungkinan besar akan selalu singgah di
pulau-pulau yang telah berpenduduk di semenanjung tanah Melayu ini. Disamping
sebagai pedagang, para muslim ini tampaknya telah menjadi guru-guru agama serta
imam di tengah-tengah kelompok masyarakat setempat, mereka mengajarkan
Al-Qur’an dan mendirikan madrasah-madrasah sehingga orang-orang kampung senang
pada kegiatan semacam itu, dan tidak sedikit dari mereka yang pada akhirnya
menikah dan memperistri penduduk setempat.
Perilaku kehidupan sehari-hari keluarga
muslim melayu di Singapura adalah pencerminan yang sangat kuat dari pengaruh
guru-guru agama dan imam-imam masjid. Mereka terbiasa dalam kegiatan-kegiatan
ritual keagamaan dan sosial secara kolektif, mayoritas masyarakat Singapura
bermazhab syafi’iyah dan sebagian kecil syi’ah.
Pada
pertengahan abad ke-19, di Makkah berkembang Tarekat Naqsyabandiyah dan
berkembang juga pada akhirnya di Semenanjung Melayu, termasuk singapura dan di
Nusantara khususnya. Syekh Abdul Karim asal Banten merupakan tokoh TQN di
Singapura abad ke-19.
Di Semenanjung tanah Melayu ini, dan khususnya
Singapura, kehidupan tasyawuf sangat kental bagi mayoritas penduduknya. Dengan
demikian, secara umum karakteristik Islam Asia Tenggara, ciri yang paling
menonjol adalah kehidupan tasyawuf dangan berbagai pola tarekatnya. Bukan
berarti hal ini mereka tidak mengenal dasar-dasar Islam secara fundamental,
tapi justru pola kehidupan tasawuf yang diajarkan oleh guru-guru Agama di
surau-surau, pesantren, dan pondok-pondok sufi di Semenanjung Melayu ini,
doktrin-doktrin syariat mereka menyatukan pengajaran dan pengalamannya dengan
nilai-nilai hakikatnya. Dengan demikian, berbicara penyebaran Islam di
Semenanjung Melayu dan Nusantara, berarti membicarakan pola-pola penyebaran
tarekat sufi didalamnya.
Di Singapura tarekat
yang paling tua di kenal di daerah ini dalah Tarekat ‘Alawiyah yang berpusat di
Masjid Ba’alami, yang dulu dikembangkan oleh Muhamad bin ‘Ali Ba’alawi.
sekarang masih dipimpin oleh Syed Hasan bin Muhamad bin Salim al-Attas. Tarekat
ini mengamalkan ritual “Ratib Abdul Rahma” setiap hari kamis malam jum’at
setelah shalat magrib, sebagian besar masyarakat berbondong-bondong membawa air
dibotol yang disimpan di depan mihrab masjid, untuk dilakukan doa bersama,
setelah itu mereka gunakan untuk keperluan tabaruk, seperti untuk orang sakit,
keberkahan hidup dan sebagainya.
Pada
masa-masa sekarang Tarekat Qodariyah- Naqsabandiyah (TQN) asal pondok pesantren
Suryalaya Tasikmalaya Jawa Barat lebih populer dikalangan masyarakat muslim di
Singapura. Tarekat ini dikembangkan oleh Syekh Ahmad Shahibul Wafa Tajul’arifin
di Tasikmalaya, kemudian dikembangkan di daerah ini oleh Haji Ali bin Muhammad,
sebagai wakil talkinnya. Beliau sebagai putra daerah yang memiliki kapasitas
pengetahuan agama Islam yang kuat secara akademik, sebagai alumni pada Madrsah
al-Junaid di Singapura.
Kedua
kelompok masyarakat tarekat ini telah menarik minat para pemuda pemudi untuk
menjalankan pengalamannya. Sekalipun demikian ada juga beberapa jenis tarekat
yang juga dianut oleh masyarakat muslim Singapura, di antaranya Tarekat Syadziliyah,
Idrisiyah Samaniyah, Darwaqiyah, dan Rifai’yah, disamping itu ada pula jenis
tarekat asal India yakni Tarekat Nuri Syah Chesty al-Qadiriyah dan tarekat ini
banyak bercampur dengan tradisi India. Masyrakat muslim Singapura sekalipun
hidup di tengah kota metropolitan dunia, penghormatan pada makam-makam para
ulama sangat bagus. Mereka biasa menziarahi makam-makam Syekh tarekat, dan
biasa mengadakan khaul pada waktu-waktu tertentu di tempat-tempat seperti itu,
seperti makam Habib Nuh di Palmer Road, Singapura.
Posisi
strategis Singapura dalam bidang ekonomi dan posisi politik umat Islam yang
semakin terjepit telah menyebabkan pembaruan pemikiran dalam masyarakat Melayu
dan muslim Singapura. Pada awal abad XIX, muncul jurnalisme Melayu dan
aktivitas penerbitan buku-buku di Singapura. Misalnya buku-buku karangan Abdus
Samad al-Palimbani, seorang ulama terkenal dari Sumatra Selatan terbit disini,
dua karangannya Hidayah as-Salikin fi
Suluk Maslak al-Muttaqin (sebuah kitab tasawuf yang berisi penjelasan
tentang wihdatul wujud) dan Sair
as-Salikin ila ‘badah Rabb al-‘alamin (buku yang menjelaskan hubungan dan
kaitan antara tasawuf dan Syariah), keduanya ditulis dengan bahasa Melayu
aksara Jawi (Arab-Melayu).
Pada
tahun 1906, terbit majalah bulanan berbahasa Melayu Al-Imam: Majalah Pelajaran Pengetahuan Perkhabaran oleh
Syekh Muhamad Thahir Jalaluddin dkk. Majalah ini di Ilhami dan diwarnai oleh
majalah Al-Manar yang terbit di
Mesir. Penerbitan majalah ini banyak mempengaruhi pemikiran dan kemajuan
masyarakat Melayu di Nusantara, karenanya kemudian diikuti oleh banyak
penerbitan diwilayah sekitarnya.
Dalam
bidang politik, masyarakat Melayu menyadari posisinya yang minoritas, sehingga meraka mengambil garis moderat,
loyal dan partisipatif. Kebanyakan umat Islam mendukung partai People Action
Party (PAP), partai ini sejak Singapura merdeka selalu mendominasi kekuasaan di
Singapura. Sekalipun demikian, kecurigaan dan memandang rendah pada etnis
Melayu kadang-kadang juga muncul. Misalnya, pada mei 1987, Mentri Pertahanan
Singapura secara terbuka menyatakan bahwa portofolio penting pada Singapura
Armed Forces tidak mungkin diserahkan pada orang Melayu, karena mereka dianggap
kurang mahir, kurang loyal, dan kurang professional.
Dalam
bidang pendidikan, karena mutu lulusan madrasah atau sekolah Islam lainnya
dianggap tidak setingkat dengan lulusan sekolah umum pemerintah, ada keinginan
pemerintah untuk memasukan pelajaran umum dengan kuantitas dan kualitas yang
sama dengan sekolah pemerintah. Rencana ini disambut dengan reaksi tokoh-tokoh
Melayu dan muslim Singapura. Ada yang mencurigai rencana ini untuk
menghilangkan identitas, ruh, dan warna kemelayuan-keislaman mereka, sehingga
mereka kehilangan identitas dan tercabut dari akar budayanya, tetapi tidak
kurang juga ada yang dapat memahami dan akhirnya menerima rencana ini.
D. Lembaga dan Aktivitas Keagamaan
Islam di Singapura
Pembentukan
kelembagaan keagamaan pertama bermula sejak 1880, ketika dibentuk jabatan Qadi (Hakim Agama), yang didasarkan pada
Ordonansi Perkawinan Pengikut Muhammad. Selanjutnya
masalah-masalah yang muncul dikalangan
internal umat Islam atau dengan umat agama lain diurus oleh Moslems and Hindu Endowment Board, pada
tahun 1906. Anehnya sampai dengan tahun 1948 tidak seorang muslim pun bekerja
dilembaga ini. Sampai dibubarkan pada tahun 1968, dewan ini terdiri dari:
pengacara umum, tiga orang wakil umat Islam, tiga wakil umat Hindu, satu
Persia, dan bendahara umum yang juga bertugas sebagai sekretaris dewan.
Oleh
karena posisi Singapura sebagai transit pemberangkatan dan kedatangan jama’ah
Haji di seluruh Nusantara, pemerintah
Inggris kemudian mengatur dan mengambil keuntungan ekonomi dari pengaturan
perjalanan Haji sejak tahun 1889, dan pada tahun 1905 mengadakan “Ordonasi”
Pengawasan Agen Perantara Perjalanan Haji”. Kemudian pada tahun 1915, untuk
mengurus masalah sosial keagamaan masyarakat muslim Singapura, dibentuk Lembaga
Penasihat Orang-orang Islam. Lembaga ini bertugas dan berwenang megurus dan
menyelesaikan masalah perkawinan, penentuan awal puasa dan hari raya,
memberikan pertimbangan pada pemerintah Inggris. Semula lembaga ini dipimpin
oleh orang Inggris, dengan beberapa anggota orang Islam, tetapi kemudian secara
bertahap mulai tahun 1928 lembaga ini dipimpin oleh seorang muslim, yakni
Hafizuddin S. Moonshi. Penetapan dan hak mengeluarkan fatwa pada mulanya hanya
oleh Mufti Besar kerjaan Johor dan didampingi oleh Qadi Singapura. Akan tetapi, untuk kemudian dipegang sendiri oleh
Mufti Singapura, yang mengepalai komisi fatwa (fatwa comtte) secara kolektif.
Pada
tahun 1968, pemerintahan Singapura membentuk lembaga Majelis Ugama Islam
Singapura (MUIS) yang dibentuk berdasarkan “ Akta Pentadbiran Hukum Islam 1966
(AMLA)” pada bulan Agustus tahun 1966. MUIS yang terdiri dari seorang ketua dan
7 orang anggota, tugas utamanya adalah untuk menasehati presiden Singapura
mengenai hal ehwal Islam.
Selain
MUIS, ada pula lembaga yang khusus bergerak dalam bidang pendidikan yaitu
Majelis Pendidikan Anak-anak Muslim (MENDAKI). Dan adapula lembaga DANAMIS
yaitu Dana Perwalian Muslim yang bergerak dalam bidang pendanaan sosial ekonomi
umat, semacam koperasi dan lembaga keuangan non-pemerintah. Lembaga berikutnya
adalah Himpunan Dakwah Islam Singapura (JAMIYAH) dan Association of Muslim
Profesionals (AMP) yang didirikan pada bulan Oktober 1991, lembaga ini
berkeinginan untuk mewujudkan masyarakat muslim Singapura yang siap bersaing
secara terhormat untuk memasuki masa depan yang lebih baik.
E. Posisi Masyarakat Islam di
Singapura Dewasa Ini
Menyadari
ketertinggalan mereka, pemerintah dan tokoh-tokoh Islam mengadakan berbagai
upaya peningkatan dalam berbagai aspek. Misalnya didirikannya beberapa
masjid-masjid baru di berbagai kompleks perumahan baru, selain itu banyak pula
didirikan lembaga-lembaga oleh pemerintah seperti lembaga pendidikan bagi
anak-anak islam, yang disebut MENDAKI dan beberapa lembaga sosial masyarakat
lainnya.
Upaya
pemerintah dan para tokoh muslim ini, akhirnya berdampak positif bagi
masyarakat muslim Singapura yang pada awalnya mengalami ketertinggalan. Misalnya
pada tahun 1990 masyarakat muslim Singapura sudah banyak yang berpendidikan
formal, seperti SD, SMP, SMA bahkan adapula yang bersekolah sampai perguruan
tinggi sampai mereka mendapatkan gelar Ph.D.
F. Penutup
Pada
mulanya negara Singapura disebut wilayah Tumasik menurut naskah Pararaton dari
kerajaan Majapahit, sedangkan dalam naskah Negarakertagama disebut Temasek yang
merupakan kota yang masuk dalam jajahan kerajaan Majapahit di Jawa dan termasuk
salah satu dari sepuluh daerah yang indah yang berada dibawah kekuasaan
kerajaan Majapahit.
Sejak
akhir abad ke- 14 sampai pada tahun 1511 M, Singapura menjadi wilayah bagian
dari kerajaan Malaka, sedangkan pada abad ke- 18 Singapura berada dibawah
kekuasaan kesultanan Johor, dengan seorang tumenggung sebagai kepala
pemerintahannya. Dan pada abad ke- 19, Singapura sudah menjadi pelabuhan
transit yang sangat penting karena jalurnya yang sangat strategis. Oleh karena
itu, pada tahun 1818 M gubernur jendral Inggris di India memerintahkan kepada
Sir Thomas Stamford Raffles untuk bisa merebut dan menguasai Singapura,
kemudian pada tahun 1824 sultan Johor dan Tumenggung Abdul Rahman menyerahkan
wilayah Singapura kepada Inggris dengan mendapatkan imbalan ganti rugi.
Wajah
Islam di Singapura tidak jauh berbeda dari wajah muslim di negeri jirannya
Malaysia. Banyak kesamaan, baik dalam praktek ibadah maupun dalam kultur
kehidupan sehari-hari, diperkirakan hal ini dipengaruhi oleh sisa warisan
Malaysia. Akan tetapi, sampai sekarang belum dapat diketahui dengan pasti kapan
masuknya Islam ke Singapura tapi berdasarkan perkiraan sezaman dengan masa-masa
aktifnya para pedagang muslim berada di Malaka sekitar abad ke- 8.
Setelah
Singapura memisahkan diri dengan Malaysia, masyarakat muslim di Singapura
menjadi minoritas. Dalam bidang politik, masyarakat Melayu menyadari posisinya
yang minoritas, sehingga mereka mengambil garis moderat, loyal, dan
partisipatif. Namun kecurigaan dan memandang rendah pada etnis Melayu atau
masyarakat muslim Melayu kadang-kadang juga muncul. Menyadari ketertinggalannya
tersebut, pemerintah dan tokoh-tokoh Islam mengadakan berbagai upaya
peningkatan dalam berbagai aspek.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik, dan Sharon Siddique.
1989. Tradisi dan Kebangkitan Islam di
Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES.
Ibrahim, Zuraidah. 1953. Orang Islam di Singapura Visi Bersama.
Singapore: Times Editions.
International, Grolier. 1988. Negara dan Bangsa Asia. Jakarta: PT.
Widyadara.
Saifullah. 2010. Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Tohir, Ajid. 2009. Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif
Etno-Linguistik dan Geo-Politik. Jakarta: Rajawali Pers.
Salam sejahterah untuk kita semua...saya ingin berbagi cerita kepada teman-teman yang susa masalah ekonomi, bahwa dahulunya saya TKI di singapura yang terlantar buat makan saja susa. Alhamdulillah setelah aku hubungi MBAH DUIHANTORO saya bisa pulang kampung dan memulai hidup yang baru,, ini semua berkat bantuan MBAH DUIHANTORO. karna dia membantu saya melalui uang ghaib 150jt.syukur alhamdulillah kini sekarang saya sudah buka usaha sendiri, saya ucapkan banyak terima kasih kepada MBAH DUIHANTORO,, tanpa bantuan MBAH saya tidak bisa seperti sekarang ini, bagi teman-teman di indonesia maupun yang terlantar di luar negeri mau mengubah nasip seperti saya silahkan hubungi MBAH DUIHANTORO di nomor: 0852 9846 3149.karna MBAH DUIHANTORO dengan senan hati membantu memperbaiki nasip anda. karna kesempatan tidak akan datang kedua kali.. terima kasih. https://pesugihangaibnyata77.blogspot.com/?m=1
ReplyDelete