- Pendahuluan
Maluku
atau yang dikenal secara internasional sebagai Moluccas
adalah salah satu provinsi
tertua di Indonesia.
Ibukotanya adalah Ambon.
Pada tahun 1999,
sebagian wilayah Provinsi Maluku dimekarkan menjadi Provinsi Maluku
Utara,
dengan ibukota di Sofifi.
Provinsi Maluku terdiri atas gugusan kepulauan yang dikenal dengan
Kepulauan
Maluku.
Suku
bangsa Maluku
didominasi oleh ras suku bangsa Melanesia Pasifik yang masih
berkerabat dengan Fiji, Tonga dan beberapa bangsa kepulauan yang
tersebar di kepulauan Samudra Pasifik.
Banyak
bukti kuat yang merujuk bahwa Maluku memiliki ikatan tradisi dengan
bangsa bangsa kepulauan pasifik, seperti bahasa, lagu-lagu daerah,
makanan, serta perangkat peralatan rumah tangga dan alat musik khas,
contoh: Ukulele (yang terdapat pula dalam tradisi budaya Hawaii).
Mereka
umumnya memiliki kulit
gelap,
rambut
ikal,
kerangka
tulang besar dan kuat
serta profil tubuh yang lebih atletis
dibanding dengan suku-suku lain di Indonesia, dikarenakan mereka
adalah suku kepulauan yang mana aktivitas laut seperti berlayar dan
berenang merupakan kegiatan utama bagi kaum pria.
Sejak
zaman dahulu, banyak di antara mereka yang sudah memiliki darah
campuran dengan suku lain, perkawinan dengan suku Minahasa, Sumatra,
Jawa, Madura, bahkan kebanyakan dengan bangsa Eropa (umumnya Belanda
dan Portugal) kemudian bangsa Arab, India sudah sangat lazim
mengingat daerah ini telah dikuasai bangsa asing selama 2300 tahun
dan melahirkan keturunan keturunan baru, yang mana sudah bukan ras
Melanesia murni lagi. Karena adanya percampuran kebudayaan dan ras
dengan orang Eropa inilah maka Maluku merupakan satu-satunya wilayah
Indonesia yang digolongkan sebagai daerah Mestizo. Bahkan hingga
sekarang banyak marga di Maluku yang berasal bangsa asing seperti
Belanda (Van Afflen, Van Room, De Wanna, De Kock, Kniesmeijer,
Gaspersz, Ramschie, Payer, Ziljstra, Van der Weden dan lain-lain)
serta Portugal (Da Costa, De Fretes, Que, Carliano, De Souza, De
Carvalho, Pareira, Courbois, Frandescolli dan lain-lain). Ditemukan
pula marga bangsa Spanyol (Oliviera, Diaz, De Jesus, Silvera,
Rodriguez, Montefalcon, Mendoza, De Lopez dan lain-lain) serta Arab
(Al-Kaff, Al Chatib, Bachmid, Bakhwereez, Bahasoan, Al-Qadri,
Alaydrus, Assegaff dan lain-lain). Cara penulisan marga asli Maluku
pun masih mengikuti ejaan asing seperti Rieuwpassa
(baca: Riupasa), Nikijuluw
(baca: Nikiyulu), Louhenapessy
(baca: Louhenapesi), Kallaij
(baca: Kalai) dan Akyuwen
(baca: Akiwen).
Dewasa
ini, masyarakat Maluku tidak hanya terdapat di Indonesia saja
melainkan tersebar di berbagai negara di dunia. Kebanyakan dari
mereka yang hijrah keluar negeri disebabkan olah berbagai alasan.
Salah satu sebab yang paling klasik adalah perpindahan besar-besaran
masyarakat Maluku ke Eropa pada tahun 1950-an dan menetap disana
hingga sekarang. Alasan lainnya adalah untuk mendapatkan kehidupan
yang labih baik, menuntut ilmu, kawin-mengawin dengan bangsa lain,
yang dikemudian hari menetap lalu memiliki generasi-generasi Maluku
baru di belahan bumi lain. Para ekspatriat Maluku ini dapat ditemukan
dalam komunitas yang cukup besar serta terkonsentrasi di beberapa
negara seperti Belanda, Inggris, Amerika Serikat, Rusia, Perancis,
Belgia, Jerman dan berbagai benua lainnya.
Mayoritas
penduduk di Maluku memeluk agama Kristen dan Islam. Hal ini
dikarenakan pengaruh penjajahan Portugis
dan Spanyol
sebelum Belanda
yang telah menyebarkan kekristenan dan pengaruh Kesultanan Ternate
dan Tidore yang menyebarkan Islam di wilayah Maluku serta Pedagang
Arab
di pesisir Pulau Ambon dan sekitarnya sebelumnya. Tempat ibadah di
Provinsi Maluku pada tahun 2008 adalah Mesjid 1.188 buah, Gereja
1.022 buah, Pura 10 buah dan Wihara 4 buah. Sedangkan Pemeluk agama
Islam sebesar 50,03 persen, Kristen Protestan sebesar 39,04 persen,
Kristen Katholik 10,06 persen, Hindu 0,20 persen dan Budha 0,03
persen dan lainnya 0,65. Pada tahun 2008, jemaah haji yang pergi ke
Mekkah sebanyak 621 orang, dimana jemaah haji terbanyak berasal dari
Kota Ambon sebanyak 339 orang.
Sama
seperti suku-suku bangsa lain di Nusantara, maka di Maluku juga
sebelum masuknya pengaruh agama-agama resmi (Islam dan Kristen),
manusia pribumi sejak dahulu telah berada dalam suasana pengaruh alam
sekitarnya, yang turut membentuk cara-cara berfikir dan pandangan
hidup, selaku manusia alamial, yaitu manusia yang menggantungkan
hidup dan nasibnya pada kekuatan-kekuatan alam ini.
Keadaan
yang demikian dengan sendirinya megnakibatkan manusia itu tidak bebas
dalam menghadapi segala tantangan alam. Timbulnya rasa segan dan
takut serta heran terhadap segala tantangan alam membuat dia mencari
jalan untuk menemui rahasia daripada segala yang terjadi itu. Gejala
kepercayaan inilah yang disebut “AGAMA atau RELIGI”, yaitu
dorongan keinginan manusia untuk mendapatkan hubungan dengan yang di
luar dia.
Masyarakat
Maluku sebelum masuknya agama Islam dan Kristen juga sudah mempunyai
agama yang dapat disebut sebagai “Kepercayaan setempat” atau
Kepercayaan Asli”.
Adapun
inti daripada agama asli ini ialah kepercayaan terhadap ANIMISME dan
DINAMISME. Masyarakat masih menganut kepercayaan animism yaitu
kepercayaan terhadap arwah orang-orang yang telah meninggal, kepada
magi-magi. Mereka mengangap bahwa seluruh ala mini ada mempunyai
“jiwa dan roh”. Upacara-upacara adat yang ada dewasa ini jelas
memperlihatkan hal itu. Selain animisme, mereka mengenal pula
“dinamisme”, yaitu kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan yang
tidak berwujud yang menguasai segala sesuatu dan menakutkan.
Kepercayaan
dinamisme ialah kepercayaan terhadap batu-batu, pohon atau benda lain
tertentu yang dianggap mempunyai kekuatan rahasia. Ada tempat-tempat
yang dianggap suci, yang mengandung hal-hal yang tahbis, tapi ada
pula tempat-tempat yang menakutkan yang daripadanya diperoleh
kekuatan gaib.
Selain
kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan animism dan dinamisme,
masyarakat Maluku dahulu juga sudah mengenal konsep-konsep tentang
adanya satu roh tertinggi sebagai pencipta segala sesuatu. Jadi
kepercayaan terhadap semacam Tuhan.
Mengenai
penyebaran Islam di Maluku, penulis hanya membatasi pembahasan yaitu
hanya seputar sejak kapan dan bagaimana proses masuknya Islam ke
Maluku? Siapa yang menyebarkannya? Dan bagaimana perkembangannya?.
Bedasarkan dugaan awal, bahwa Islam masuk ke daerah Maluku di bawa
oleh para pedagang Islam yang singgah di Nusantara.
- Deskripsi Wilayah Maluku
Sesuai
Surat Keputusan Gubernur No. 1475 Tahun 2004 tentang Penetapan
Jumlah, Nama dan Nomor Kode Wilayah Administrasi Pemerintahan
Provinsi Maluku tahun 2004, secara administratif, Provinsi Maluku
terdiri dari 7 (tujuh) kabupaten dan 1 (satu) kotamadya, yaitu
Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten
Maluku Tengah, Kabupaten Buru, Kabupaten Kepulauan Aru, Kabupaten
Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, dan Kotamadya
Ambon. Dan terdiri dari 64 Kecamatan, 886 Desa/Kelurahan.
Pada
tahun 2000 jumlah penduduk di Provinsi Maluku tercatat sebanyak
1.200.067 jiwa (hasil sensus penduduk 2000), sedangkan sesuai hasil
registrasi penduduk 2004 - 2006 jumlah penduduk tercatat 1.313.022
jiwa pada tahun 2004, dan tahun 2005 mencapai 1.350.156 jiwa, dan
pada tahun 2006 menjadi 1.384.585 jiwa. Tercatat laju pertumbuhan
penduduk sebesar 0,91% per tahun.
Angka
pertumbuhan penduduk antara 8 kabupaten/kota sangat bervariasi.
Kabupaten Buru dan Maluku Tenggara mengalami penurunan jumlah
penduduk selama tahun 2000 - 2005, sementara kabupaten lainnya
mengalami peningkatan jumlah penduduk. Bahkan Kota Ambon mengalami
peningkatan yang cukup tajam, yaitu mencapai 4,98%.
Penyebaran
penduduk di Provinsi Maluku sangat tidak merata. Berdasarkan hasil
Registrasi Penduduk 2006 persentase penduduk Kabupaten Maluku Tengah
Tercatat lebih tinggi dari Kabupaten yang lain yaitu 25,81%,
sementara Kabupaten Aru hanya mencapai 5,23%.
Luas
wilayah Provinsi Maluku secara keseluruhan adalah 581.376 km2,
terdiri dari luas lautan 527.191 km2
dan luas daratan 54.185 km2.
Dengan kata lain sekitar 90% wilayah Provinsi Maluku adalah lautan.
Provinsi
Maluku terletak antara 20dan
30 menit sampai 90Lintang
Selatan dan 124 - 136 derajat Bujur Timur.
Provinsi
Maluku merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari 559 pulau, dan
dari jumlah pulau tersebut terdapat beberapa pulau yang tergolong
pulau besar.
- Masuknya Islam Di Maluku
Bentuk
dan motivasi masuknya Islam ke Maluku tidak bisa dibicarakan lepas
dari bentangan perjalanannya dari Malaka dan Jawa. Mengambil titik
berangkat dari situ, berarti kita diajak untuk melihat metode-metode
dasar yang dipakai para khalifah, yakni melalui tindakan ekonomi
(perdagangan). Tetapi kemudian bagaimana mereka berhasil mengadaptasi
diri di dalam masyarakat, dan membangun komunikasi dengan para
pemimpin lokal di suatu wilayah (aspek politik), serta juga
menggunakan mekanisme-mekanisme kebudayaan sebagai cara mengadaptasi
diri secara efektif (aspek kebudayaan).
Setidaknya,
dari sisi metode kebudayaan, setiap jejak yang ditinggalkan Islam di
satu daerah juga meninggalkan bukti bahwa Islam sangat intens
berdialog dengan kebudayaan masyarakat setempat. Contoh paling
sederhana adalah ketika ada peninggalan mesjid-mesjid yang khas Jawa,
Banten, atau juga mesjid-mesjid yang khas Maluku (seperti Mesjid
Wapauwe di Hila).
Titik
berangkat itu yang membuat pertemuan Islam dengan Kerajaan Ternate
berlangsung tanpa masalah yang berarti. Kerangka kebudayaan
orang-orang Ternate malah dijadikan sebagai batu loncatan dalam
melebarkan ajaran-ajaran Islam sampai ke pelosok-pelosok. Para ulama
lokal, malah nekat bertandang ke Gresik dan Tuban untuk memperdalam
ilmu Islam, dan kembali menyebar Islam di negerinya itu.
Pendekatan
yang sama pun digunakan ketika Islam mulai masuk ke Ambon, melalui
Hitu. Dialog yang intens dengan kebudayaan kembali terjadi di situ.
Dan itu merupakan bukti bahwa perdagangan atau aspek ekonomi hanya
menjadi instrumen yang mendorong Islam bergerak dari suatu tempat ke
tempat lain, tetapi kebudayaan menjadi instrumen yang membangun rasa
keislaman yang tinggi di dalam hidup masyarakat.
Kemudian,
ketika Islam masuk ke Indonesia kekuatan koloni Eropa belum bergerak,
atau dominasi perdagangan rempah-rempah masih dipegang oleh pedagang
Cina dan Arab. Ketika masuk ke Indonesia, Islam merajai jalur-jalur
perdagangan yang penting seperti: pesisir Sumatera di selat Malaka,
semenanjung Malaya, pesisir utara Jawa, Brunei, Sulu dan Maluku.
Jalur perdagangan kayu cendana di Timor dan Islam masih tetap menjadi
wilayah non-Islam, dan kurang diminati pada pedagang Islam.
Walau
begitu, ketegangan di kerajaan-kerajaan lokal di Maluku, seperti di
Ternate tidak bisa diabaikan sebagai bagian dari fakta sejarah ketika
Islam berjumpa dengan masyarakat di sana. Tetapi satu hal yang
menarik adalah Islam Maluku yang terbentuk dari Ternate itu kemudian
meluas ke pulau Ambon, dan terbentuk suatu Pan-Islami, yang terus
berkembang ke daerah Lease. Seiring dengan itu, kerajaan Iha di
Saparua menjadi simbol kekuatan Islam baru di Maluku Tengah, selain
Hitu.
Islamisasi
Ternate, Hitu, Lease sebenarnya berlangsung secara wajar karena
kekuatan perdagangan Islam mulai terbentuk di kawasan itu. Paramitha
Abdoerachman mengatakan Hitu menjadi penting karena banyak pedagang
mendapat pasokan air tawar dari situ. Fakta ini pun sebenarnya sama
dengan ketika Banda menjadi bandar Islam yang cukup penting, karena
pasokan ikan yang enak kepada para pedagang.
Politik
damai itu melahirkan simpati kelompok lokal yang semula memeluk agama
asli (agama suku) menjadi penganut Islam yang rajin. Bahkan hal itu
pun terlihat ketika negeri-negeri Hatuhaha Amarima kemudian menjadi
pusat kemashyuran Islam tertua di Lease. Untuk yang satu ini memang
perlu penelitian lebih mendalam, sebab Islam Hatuhaha Amarima
memiliki tatanan ritus Islami yang khas dan kontekstual, seperti
ritus Puasa dan Haji.
Di
Maluku kita akan menemui bagaimana orang-orang Islam Tulehu, Liang,
Tial, Hila, Latu, Kasieh, Lisabata, Pelauw, Ori, Kailolo, Iha,
menggunakan bahasa ibu mereka dalam komunikasi sesehari. Bahasa Arab
menjadi bahasa agama yang digunakan dalam upacara sakral agama,
tetapi kesehariannya menggunakan bahasa setempat. Fenomena ini tidak
lagi ditemui pada negeri-negeri Kristen, kecuali di Maluku Tenggara,
tetapi juga sudah mulai ditinggalkan oleh generasi mudanya.
Pada
sisi ini, Islam Maluku adalah suatu hasil adaptasi kebudayaan yang
sangat penting. Dalam adaptasi itu bagaimana struktur bahasa setempat
dijadikan sebagai mekanisme penyebaran ajaran agama, dan ditempatkan
sebagai unsur yang penting.
Hal
ini yang membuat corak kultural di dalam Islam begitu kuat, karena
itu agamanya menjadi gampang diterima dan dipandang sebagai agama
yang “membawa damai”. Unsur kedamaian yang dirasakan itu adalah
ketika masyarakat tetap berkomunikasi dengan bahasanya, sehingga
mereka tidak merasa teralienasi dari kelompok besar.
Memang
dalam menentukan corak kultural kepada Islam Maluku kita perlu
mempertimbangkan kembali beberapa hal seperti, sejauhmana Islam
Maluku itu memanfaatkan ritus-ritus adat sebagai suatu bentuk
kontekstualisasinya. Orang Islam, menurut Chauvel, memang tidak suka
dengan struktur raja seperti diintroduksi oleh Eropa, dan karena itu
malah menganggap [sebagian dari] adat sebagai yang mengandung unsur
kafir dan haram.
Tetapi
adaptasi Islam Maluku ke dalam bahasa setempat memperlihatkan suatu
corak beragama yang unik.
Agama
Islam memasuki kepulauan Maluku jelas melalui pedagang-pedagang dan
mubalig-mubalig Islam yang ikut bersama mereka. Mengenai tanggal
waktu yang tepat dan di daerah mana mula-mula agama ini masuk dan
berkembang tidak/belum dapat dipastikan. Namun yang jelas ialah bahwa
kira-kira pada abad pertengahan ke 15 agama Islam ini sudah dianut
dan bertumbuh pada kerajaan-kerajaan di Maluku Utara.
Menurut
Sejarah, pada abad ke 10 dan abad ke 11 sudah ramai perniagaan
rempah-rempah di Kepulauan Maluku, terutama cengkeh dan pala, yang
dilakukan orang Arab dan Persia.
Diceritakan
bahwa di Ternate telah datang seorang ulama Islam yang bernama Datu
Maulana Husein. Ulama ini sangat pandai membaca Al-Qur’an dengan
suara yang merdu dan menarik, sehingga penduduk yang mendengarkannya
jadi tertarik. Sebelum penduduk diajarkan membaca Al-Qur’an,
diharuskannya mengucapkan dua
kalimat syahadat,
sehingga sejak saat itu mulailah penduduk Ternate masuk dan menerima
Islam sebagai agamanya.
Atas
ajakan Datu Maulana Husein, maka raja Ternate saat itu, Gapi Buta
menerima Islam dan mengganti namanya menjadi Sultan Zainal Abidin
(14651486 M) yang setelah mangkat baginda disebut Sultan Marhum pada
tahun 1486 M.
Sumber
sejarah lama dan cerita rakyat secara tradisonal menyebutkan bahwa
semua sultan yang memerintah di empat kerajaan utama di Maluku Utara,
berasal dari keturunan Jafar Sadik, seorang bangsa Arab keturunan
Nabi Muhammad saw. Jafar Sadik kawin dengan puteri Nur Safah, yang
tiba di Ternate pada tanggal 10 Muharram 470 H (kira-kira 1015 M).
selanjutnya diceritakan bahwa dari perkawinan ini mereka dikaruniai
delapan orang anak, empat putra dan empat putri. Keempat putra ini
menjadi sultan-sultan pertama dari keempat kerajaan yaitu Ternate,
Tidore, Jailolo dan Bacan.
- Kerajaan Bacan, sultan pertamanya adalah Kaitjil Buka.
- Kerajaan Ternate, sultan pertamanya adalah Sultan Masyhur Malamo. Sultan ke-44 yaitu sultan terakhir adalah Sultan Iskandar Muhammad Jabir.
- Kerajaan Tidore, yang menjadi sultan pertama adalah Sultan Suhadjati, bergelar Muhammad Bakil pada tahun 502 H. sultan ke-35 (sekarang) adalah Sultan Zainal Abidin Alting yang dinobatkan pada tahun 1366 H/1947 M.
- Kerajaan Jailolo, sultan pertamanya adalah Darajati. Sultan ke-16 (yang terakhir) adalah Sultan Tolabuddin.
Menilik
berita yang dibawakan oleh pengembara Arab di zaman itu, di antaranya
berita dari pengembara al-Mas’udi, maka orang Arab memang telah
sampai ke Timur Jauh pada abad 6, abad 7, dan 9, dan seterusnya.
Sebelum penjajah Portugis, orang Arablah yang memegang kendali
perniagaan di Selat Malaka sampai ke Tionkok. Di Canton telah
didapati orang-orang Arab dan pos perniagaan mereka.
Kemudian
Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan dua kerajaan di kepulauan
Maluku. Dalam sejarah perkembangannya, kedua kerajaan tersebut
bersaing untuk memperebutkan kekuasaan politik dan ekonomi. Tidak
jarang mereka melibatkan kekuatan-kekuatan asing, seperti Portugis,
Spanyol dan Belanda. Kekuatan-kekuatan asing tersebut dalam
perkembangannya berambisi pula untuk menguasai secara monopoli
perdagangan rempah-rempah di kawasan ini. Persaingan antara kerajaan
Ternate dan Tidore diperburuk dengan ikut campurnya bangsa Portugis
yang membantu Ternate dan bangsa Spanyol yang membantu Tidore.
Setelah memperoleh keuntungan, kedua bangsa barat tersebut bersepakat
untuk menyelesaikan persaingan mereka dalam Perjanjian
Saragosa (
22 April 1529). Hasil perjanjian tersebut, Spanyol harus meninggalkan
Maluku dan menguasai Philipina, sedangkan Portugis tetap melakukan
perdagangan di kepulauan Maluku.
Walaupun
sedang bersaing memperebutkan hegemoni di kawasan tersebut,
kerajaan-kerajaan di Maluku tetap tidak menginginkan bangsa-bangsa
barat mengganggu kegiatan perdagangan di kawasan tersebut. Hal itu
merupakan salah satu ciri kerajaan-kerajaan Islam di Maluku. Oleh
karena itu, mereka selalu mengadakan perlawanan terhadap kekuasaan
asing. Misalnya, perlawanan yang dilakukan oleh Sultan
Hairun (1550
– 1570 M) dan perlawanan Sultan
Baabullah (1570-1583).
Perlawanan yang terakhir ini mampu memaksa bangsa Portugis
meninggalkan Maluku dan memindahkan kegiatannya ke Timor Timur
(sekarang Timor Leste). Adapaun perlawanan terhadap Belanda dilakukan
pada masa pemerintahan Sultan
Nuku
(1780 – 1805 M).
Di
Tidore datang pula sorang pendakwah alim dari tanah Arab bernama
Syekh Mansur. Atas ajakan Syekh Mansur ini, maka Raja Tidore yang
bernama Kolano Giriliyati masuk Islam dan mengganti namanya menjadi
Sultan Jamaluddin.
Dalam
penyebaran Islam ke Sulu dan Mindanau, Kesultanan Ternate berperan
besar. Menurut berita bangsa Spranyol, pada tahun 1857 M
penyebar-penyebar Islam ke Mindanau itu datang dari Brunei dan
Ternate. Di Mindanau para penyebar Islam ini mendirikan madrasah dan
masjid.
Masuknya
Islam di daerah Pulau Seram Barat adalah dimulai dari daerah Latu dan
Bualoy. Disebtukan bahwa pnyebar Islam di daerah ini adalah Maulana
Zainal Abidin.
Pemeluk
Islam pertama adalah Kapiten Nunusaku (Kapitan Iho Lussy) yang
berguru kepada Maulana Zainal Abidin, setelah Iho Lussy memperoleh
ilmu agama Islam yang cukup, maka ia pun aktif berdakwah seperti
gurunya. Sebagian besar penduduk di daerah Seram memeluk agama Islam
adalah berkat jasa kedua pendakwah ini. Setelah Kapitan Iho Lussy
wafat maka tugas dakwah Islam dilanjutkan oleh anaknya yaitu Muhammad
Lussy.
Masuknya
Islam didaerah Maluku Tengah adalah melalui pedagang Islam yang
datang dari Jawa Timur. Pusat Islam di Jawa Timur sesudah runtuhnya
Majapahit adalah Gresik. Dari Gresik inilah datang ulama Islam
bersama para pedagang ke Pulau Ambon, dan mereka semua berpusat di
kota pelabuhan Hitu. Jadi, Hitu menjadi pusat penyebaran Islam pada
daerah sekitarnya pada tahun 1500 M. diduga masuknya Islam di Pulau
Kei pada tahun 1500 M.
Diperkenalkannya
agama Islam kepada penduduk Maluku mengakibatkan timbulnya proses
Islamisasi. Proses religious cultural ini berpengaruh pada bidang
politik pemerintahan sehingga timbul Kerajaan Islam. Islam juga
memperkaya hukum adat setempat. Hukum Islam Nampak bergandengan
dengan hukum adat. Penggunaan huruf Arab oleh raja-raja, bangsawan,
dan penduduk setempat memperkaya pula bahasa daerah. Dari sudut
kultur, agama Islam ikut pula menentukan corak kebudayaan masyarakat
Maluku yang bercorak Islam.
Pada
tahun 1564 M telah disepakati suatu perjanjian oleh Portugis dan
Ternate. Untuk mereayakan penandatanganan perjanjian ini, Portugis
mengundang Sultan Khairun untuk datang ke kapal Portugis. Yang tidak
disukai oleh Sultan Khairun adalah usaha Kristenisasi oleh orang
Portugis terhadap rakyatnya yang sudah memeluk Islam. Di saat
perjamuan di atas kapal Portugis itu, Sultan Khairum ditikan secara
keji oleh salah seorang pengawal/adik dari Gubernur De Mesquite
sehinga beliau tewas.
Setelah
kejadian ini, putra Sultan Khairun, yaitu Babullah naik tahta
menggantikannya. Sultan Babullah (1570-1583 M) memaklumkan perang
kepada Portugis. Sultan Tidore berdiri di belakang Ternate. Benteng
pertahanan Portugis di Ambon diserbu pasukan Sultan Babullah sehingga
bedera Portugis di sini diturunkan orang Ternate/ Tidore dari
bentengnya. Kemudian benteng Portugis ini dibakar hingga habis dan
orang Portugis yang masih hidup menyingkir ke Malaka.
Sampai
tahun 1580 M Ternate dengan Sultan Babullah telah meluaskan
kekuasannya ke pulau-pulau sekelilingnya sehingga membentang dari
Pulau Mindanau (Filiphina) sampai ke Sumbawa (ini dari utara ke
selatan) dan dari Irian ke Sulawesi (dari timur ke barat) termasuk
Pulau Buton. Juga Ternate mengirimkan para pendakwah untuk mengajak
masuk Islam kepada Buton, Makassar (Ujung Pandang), dan Gowa di
Sulawesi. Sultan Babullah mangkat pada tahun 1583 M.
Masjid
sebagai bangunan-bangunan sacral dari agama Islam mulai dikenal di
Maluku meskipun corak bangunannya itu sendiri mempunyai corak
Indonesia dengan atap yang bersusun. Dengan demikian dilihat dari
sudut kultur, maka agama Islam turut menentukan corak kebudayaan di
daerah Maluku, yaitu kebudayaan yang bercorak Islam.
- Penutup
Agama
Islam memasuki kepulauan Maluku jelas melalui pedagang-pedagang dan
mubalig-mubalig Islam yang ikut bersama mereka. Mengenai tanggal
waktu yang tepat dan di daerah mana mula-mula agama ini masuk dan
berkembang tidak/belum dapat dipastikan. Namun yang jelas ialah bahwa
kira-kira pada abad pertengahan ke 15 agama Islam ini sudah dianut
dan bertumbuh pada kerajaan-kerajaan di Maluku Utara.
Diperkenalkannya
agama Islam kepada penduduk Maluku mengakibatkan timbulnya proses
Islamisasi. Proses religious cultural ini berpengaruh pada bidang
politik pemerintahan sehingga timbul Kerajaan Islam. Islam juga
memperkaya hukum adat setempat. Hukum Islam Nampak bergandengan
dengan hukum adat. Penggunaan huruf Arab oleh raja-raja, bangsawan,
dan penduduk setempat memperkaya pula bahasa daerah. Dari sudut
kultur, agama Islam ikut pula menentukan corak kebudayaan masyarakat
Maluku yang bercorak Islam.
Daftar
Pustaka
Buku
Rujukan :
Alwi,
Des. Sejarah
Maluku, Banda Neira, Ternate, Tidore dan Ambon.
Jakarta: Dian Rakyat. 2005.
Monografi
Daerah Maluku.
T.k: Proyek Media Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
T.t.
Putuhena,
Saleh. “Sejarah Agama Islam di Ternate”, dalam E.K.M.
Masinambouw, eds., Halmahera
dan Raja Ampat.
Jakarta: Pt. Bhratara. 1980.
Reid,
Anthony. Sejarah
Modern Awal Asia Tenggara.
Pengantar oleh. R.Z. Leirissa, Jakarta: LP3ES. 2004.
Ricklefs,
M.C. Sejarah
Indonesia Modern, 1200-2004.
Jakarta: Serambi. Cetakan kedua.2005.
Syamsu
As, M. Ulama
Pembawa Islam Di Indonesia.
Jakarta: Lentera. 1999.
Sumber
Internet
:
Wahid.
Kerajaan
Ternate Dan Tidore.
http://id.shvoong.com/humanities/history/1901773-kerajaan-ternate-dan-tidore/.
2009. Di Unduh pada 20/11/2011. Pukul 15:44.
Maluku.
http://id.wikipedia.org/wiki/Maluku. Di Unduh pada 20/11/2011. Pukul
15:26.
Maspaitella,
Elifas.
Islam
Maluku.
Ambon: http://kutikata.blogspot.com/2008/05/islam-maluku.html.
2008. Di Unduh pada 20/11/2011.
Pukul 15:37.
Badan
Pusat Statistik Provinsi Maluku.
Provinsi Maluku. Ambon:
http://maluku.bps.go.id/?pilih=mal.
Di Unduh pada 20/11/2011. Pukul 15:30.
Ahira,
Anne. Sejarah
Islam Di Nusantara.
http://www.anneahira.com/sejarah-islam-di-nusantara.htm.
Di Unduh pada 20/11/2011.
Pukul 15:39.
Perkembangan
Kerajaan Islam di Nusantara.
http://www.e-dukasi.net/index.php?mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Materi%20Pokok/view&id=149&uniq=2570.
Di Unduh pada 20/11/2011. Pukul 15:41.
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل
ReplyDeleteKAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل
Astagfirullah.
ReplyDeleteAstagfirullah.
ReplyDeleteGan, minta poin² masuknya islam di maluku dong
ReplyDelete