Pada saat kematian, orang mukmin merasakan permukaan jendela dari tempat mereka di surga. nabiMuhammad mengatakan bahwa jiwa orang-orang mukmin dicabut dengan lemah-lembut seperti air mengalir dari kendi. Yang lebih bagus daripada itu, nyawa syuhada tidak merasakan kesakitan dan tidak menyadari bahwa mereka mati. Mereka berfikir bahwa mereka telah dipindahkan ke dunia yang lebih baik dan menikmati kegembiraan abadi.
Nabi Muhammad berkata kepada Jabir, putra Abd Allah ibn Amr, yang mati syahid di perang Uhud:
Tahukah kamu bagaimana Alah menyambut ayahmu? Dia menyambutnya dengan cara yang mata tak daapat melihatnya, telinga tak bisa mendengarnya, dan oikiran tak bisa membayangkannya. Ayahmu berkata; “Ya Allah, kembalikan aku ke duna ini agar aku dapat menerangkan kepada orang-orang yang masih tertinggal tentang betapa indahnya mati syahid itu.” Allah menjawab: “Tidak ada lagi pengembalian. Hidup hanya sekali. Namun aku akan memberi informasi kepada mereka tentang keadaanmu sekarang.” Dan Dia menurunkan: Jangan pernah berfikir bahwa orang-orang yang mati di jalan Alla itu mati; sebaliknya, mereka itu hiudp dan mendapatkan rezeki di sisi Tuhannya (Q.S 3:169). Jika engkau menjalani hidup yang baik dan benar, engkau akan merasakan kematian yang menggembirakan. Ika engkau menjalani kehidupan yang jahat, engkau akan mengalami kematian yang mengerikan.
Nabi Muammad, orang yang paling utama dalam beribadah kepada Allah, dan Umar menasehati agar melakukan shalat wajib saat seseorang hendak meninggal. Khalid bin Walid, salah satu jendela tak terkalahkan sepanjang sejarah, ketika menjelang ajal meminta kepada orang-orang disekitarnya seperti Utsman, Ali, Mus’ab ibn Umayr, dan banyak lagi yang lainnya telah mengabdikan diri di jalan Islam dan mati sebagai syuhada.
M. Fethullah Gulen.Memadukan Akal dan Kalbu dalam Beriman.Murai kencana.Jakarta: 2002.
0 comments:
Post a Comment