Sesungguhnya tipu daya setan
itu lemah (Q.S
4:76). Muslihat itu seperti sarang laba-laba muncul di hadapan
anda—muslihat itu tidak dapat mencegah anda untuk maju ke depan,
dan anda tidak perlu terlalu membersar-besarkannya. Setan hanya
mengajak atau membisiki, menghiasi perbuatan dosa dan menghadirkannya
kepada anda dengan bungkus indah kepalsuan. Orang mukmin tidak boleh
menerima undangannya. Ketika setan berusaha membisiki, kita harus
sadar bahwa dia sedang menggunakan strategi terlemahnya dan kita
harus mengabaikannya. Jika kita perhatikan bisikan ini, kita bisa
kalah.
Orang mukmin yang ingin
menghindari jebakan ini harus tetap menjauhi dosa-dosa yang dibuat
menarik oleh setan. Ketidakpedulian dan mengabaikan ibadah adalah
undangan menuju ke “parah” setan: dan
barangsiapa yang berpaling dari ingat kepada Tuhan Yang Maha
Pengasih, kami biarkan setan menggodanya; lalu setan itu menjadi
teman karibnya. (Q.S.
43:36).
Ingat kepada Yang Maha
Pengasih, memikirkan fenomena yang mulia atau suci, dan menghidupkan
agama akan melindungi kita dari serangan setan: dan
jika terasa oleh engkau tusukan setan, hendaklah engkau berlindung
kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, apabila godaan setan menimpa
kepada mereka, maka mereka cepat mengingat Allah dan ketika itu pula
mereka menyadari kesalahan-kesalahannya (Q.S.
7:200-1).
Rasulullah memberi nasihat:
“Jika engkau marah saat sendiri, duduklah; jika engkau marah saat
duduk, berbaringlah atau berdirilah dan ambil wudhu.”
Setan juga menggunakan
pemandangan yang cabul untuk menyesatkan orang mukmin. Dia menyiksa
kita dengan ajakan kepada kesenangan yang tak pantas. Pada saat itu
kita harus mengingatkan diri kita bahwa melakukan perbuatan
kesenangan yang haram akan mengakibatkan penyelesaian di kemudian
hari dan bahkan membahayakan masa depan kita. Kita tidak boleh lupa
bahwa hidup di dunia ini hanyalah permainan, ilusi yang menyenangkan,
dan bahwa kehidupan yang sesungguhnya adalah di akhirat.
Ketiak setan membisikan pikiran
jahat, orang mukmin harus menyadari bahwa dia menggunakan strategi
terlemahnya dan dapat diabaikan. Tenggelam dalam pikiran itu hanya
akan melebih-lebihhkan dan memperburuk kelemahan dan ketentraman
kita. Kita juga harus menghindari ketidakpedulian dan memastikan
bahwa kita tidak mengabaikan ibadah, karena kehilapan dapat menarik
perhatian setan. Jika kita ingat Yang Maha Pengasih, memfokuskan pada
fenomena yang luhur dan suci dan menghidupkan agama, kita akan mampu
menolak setan.
M.
Fethullah Gulen.Memadukan
Akal dan Kalbu dalam Beriman.Murai
kencana.Jakarta: 2002.
0 comments:
Post a Comment