Wednesday 8 June 2011

Mengapa Tuhan Mengirim Kita ke Sini? Padahal Tuhan Tahu Apa Yang Akan Kita Lakukan

Singkatnya, kita ditempatkan disini untuk mengembangkan kemampuan dan keahlian kita melalui tanggungjawab yang Dia bebankan atas diri kita. Tidak semua orang diciptakan dengan kemampuan dan disposisi yang sama; manusia adalah seperti mineral mentah, menunggu untuk dimurnikan dan dihaluskan.
Misalnya, seniman ingin mengekspresikan bakat mereka, dan karena itu dikenal malalui karya-karya yang dihasilkannya. Dengan cara yang sama, keagungan, kemegahan dan keindahan ciptaan menghadirkan dan merepresentasikan Nama-nama dan Sifat-sifat-Nya dan keindahan-Nya, Dia menciptakan alam setahap demi setahap. Dia memberi kita begitu banyak peluang untuk mengenal-nya dengan lebih baik dan mendapatkan pengetahuan yang benar tentang Diri-Nya. Dia adalah pencipta absolut yang menjadikan segala sesuatu dari satu hal, dan menambahkan ribuan manfaat kepada apa saja yang Dia kehendaki.
Umat manusia dinempatkan dalam ciptaan untuk diuji, disucikan dan dipersiapkan untuk kebahagiaan abadi di surga. Dalam sebuah hadis, nabi muhammad SAW berkata: “Manusia adalah seperti mineral. Orang yang baik di dalam Jahiliyya adalah juga baik di dalam Islam.” Sebagai contoh, Umar mendapatkan kehormatan, kejayaan, dan kemuliaan sebelum Islam, tetapi dia mendapatkan jauh lebih banyak setelah dia menjadi seorang Muslim. Dia mendapatkan martabat yang lebih tenang, lembut hati dan iman yang kuat. Sebelum masuk Islam, dia kuat, cepat naik darah dan angkuh, yang menganggap dirinya punya segala sesuatu; setelah itu, dia menjadi orang yang paling sederhana dan rendah hati. Oleh karenanya, ketika dia melihat orang-orang yang sopan, dinamis, energetik, berani, dan bersemangat, kita berharap mereka akan menjadi Muslim.
Islam berhubungan dengan mineral yang paling berharga dan bernilai—yakni manusia. Islam mengolah, mengembangkan dan mendewasakan setiap orang sehingga semua kotoran hilang. Para sahabat 100% menjadi murni. Muslim perlahan-lahan mulai menjauhi kemurnian, sampai pada tingkat di mana kita sekarang sulit mencari kemurnian seperti itu. Akibatnya, kita mengalami banyak kesulitan dan persoalan.
Tuhan tahu hasil akhir ujiannya, karena Dia tidak terikat oleh masa. Oleh karena itu, Dia menguji kita agar kita dapat menyadari tentang siapa diri kita sendiri dan orang lain. Ujian ini adalah proses untuk menentukan nilai kita, untuk mengetahui apakah kita ini besi atau emas. Kita diuji dalam apa yang kita perjuangkan dan apa yang kita lakukan. Suatu hari, kita akan masuk kehadiran Allah dan mempertanggungjawaban diri kita sendiri: dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu merka kerjakan. (Q.S 36:65).  
M. Fethullah Gulen.Memadukan Akal dan Kalbu dalam Beriman.Murai kencana.Jakarta: 2002.

0 comments:

Post a Comment