Mereka yang beriman dan beramal saleh tak ada alasan untuk takut mati. Meskipun kematian bagi kita tampaknya adalah seperti pembusukan dan habisnya kehiduoan dan kesenangan, sesungguhnya kematian tak lebih dari pelepasan tugas-tugas duniawi yang berat, perubahan tempat tinggal, dan suatu perubahan jasad. Kematian adalah undangan ke dan awal dari kehidupan abadi.
Karena dunia dihadapkan melalui tindakan penciptaan dan predeterminasi, demikan juga ia melucuti kehidupan dengan lingkaran lain dari penciptaan, predeterminasi dan hikmah. Kematian tanama, seperti kehidupannya, makhluk hidup paltng sederhana, adalah karya seni Ilahi—bahkan lebih sempurna dan didesain bagus. Ketika biji buah mati di tanah, ia seperti membusuk. Tetapi sesungguhnya ia mengalami perubahan proses kimiawi yang sempurna, melalui keadaan-keadaan reformasi yang telah digariskan dan akhirnya tumbuh lagi dan berkembang menjadi pohon. Ini jelas menujukkan bahwa kematian adalah awal dari kehidupan baru yang lebih besar.
“Kematian” buah, sayuran, dan daging hewan dalam perut seseorang menyebabkan mereka menaikkan derajat kehidupan manusia. Jadi, kematian meeka dapat dianggao sebagai lebih sempurna ketimbang kehidupannya. Karena kematian tanaman sedemikian sempurna dan memuat tujuan besar, maka kematian kita pasti jauh lebih sempura dan mengandung maksud yang lebih jauh mulia pula. Dengan demikian, kita jelas akan di bawa ke kehidupan abadi.
Kematian melepaskan kita dari segala kesukaran hidup. Dunia yang bergolak, melemaskan dan sempit, yang menjadi lebih sulit untuk ditanggung dengan usia tua dan penyakit, membuat kita merindukan mengakui lingkaran rahmat Allah yang abadi. Di sana kita akan menikmati persahabatan kekal dengan kekasih kita dan kesenangan kehidupan bahagia yang abadi.
M. Fethullah Gulen.Memadukan Akal dan Kalbu dalam Beriman.Murai kencana.Jakarta: 2002.
0 comments:
Post a Comment