Jika ruh-ruh itu telah pisah dari badan, dengan apa mereka dapat dibedakan satu dengan yang lain sehinga dapat saling dapat berkenalan? Apakah jika telah keluar dari badan ruh-ruh itu masih memiliki bentuk, bagaimana pula bentuknya?
Sebenarnya pertanyaan seperti ini tidak perlu dibahas. Kaena hampr tidak ada yang mengupas masalah ini. Apalagi tentang dasar orang yang mengatakan bahwa ruh itu buka jenis benda, ia tidak ada dalam alam atau diluar alam, ia tidak memiliki bentuk, tidak memiliki ukuran, dan tidak ada jenisnya. Sungguh tidak mungkin menjawab pertanyaan ini kecuali dengan dasarahli sunnah yang berpegang pada Al-qur’an, Hadits, Atsar, I’tibar dan akal.
Allah swt. telah menjelaskan sofat-sifat ruh bahwa ia bisa keluar masuk, digenggam, dimatikan, kembali, naik ke langit, dan dibukakan pintu langit utnuknya dan ditutup lagi pintu itu darinya. Allah swt telah berfirman:
“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat diwaktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata), ‘Keluarkanlah nyawamu’.” (Q.S Al-An’aam: 93).
“27. Hai jiwa yang tenang. 28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. 29. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, 30. Masuklah ke dalam syurga-Ku.” (Q.S. Al-Fajr : 27-30).
Allah membentuk ruh manusia sebagaimana Dia membentuk badan manusia. Jadi, pembentukan badan mengikuti pembentukan ruh. Badan itu merupakan tempat bagi ruh, seolah-lah sebagai wadahnya.
Dari sini kita mengetahui bahwa bentuk ruh itu berbeda-beda sebagaimana bentuk badan. Sesungguhnya ruh itu berpengaruh terhadap badan sebagaimana badan juga perpengaruh terhadap ruh. Baik buruknya badan akan mempengaruhi baik buruknya ruh, demikian pula baik buruknya ruh akan berpengaruh pada badan. Tidak ada sesuatu yang saling mempengaruhi begitu kuat melebihi ruh dan badan. Sesungguhnya hubungan mereka lebih erat dan saling berkaitan. Oleh karena itu, ketika ruh hendak keluar, maka dikatakan kepadanya, “Keluarlah wahai jiwa yang baik dalam jasad yang baik,” dan, “Keluarlah wahai jiwa yang buruk dari jasad yang buruk.”
Nabi SAW juga memberitahukan bahwa ruh itu akan naik ke langit dan pada Malaikat yang ada diantara bumi dan langit akan menyambutnya. Pintu-pintu langit akan dibuka untuknya. Lalu ruh itu akan terus naik dari langit satu ke langit berikutnya, sampai menghadap kepada Allah. Ruh itu akan berdiri di hadapan-Nya. Kemudian Allah akan memerintahkan agar ia di tulis dalam daftar para ahli surga atau daftar ahli neraka dan dikembalikan ke bumi. Sungguh ruh orng kafir itu akan ditolak dan dicampakkan, dan ia akan dimasukkan bersama badan itu ke dalam kubur untuk ditanya. (H.r Ahmadi). Nabi SAW juga telah memberitahukan bahwa ruh orang mukmin itu akan terbang dan digantungkan di sebuah pohon di surga, sehingga Allah mengembalikannya ke jasadnya. (H.r An-Nasa’i). Sesungguhnya para Syuhada dalam cengkraman burung hijau yang melewati sungai-sungai surga dan makan dari buah-buahannya.(H.r At-Tirmidzi). Nabi juga memberitahukan bahwa ruh-ruh itu kan mendapatkan nikmat-nikmat atau di adzab di alam barzakh sampai hari Kiamat. (H.r Ahmadi).
Sungguh Allah swt. menjelaskan bahwa arwah kaum Fir’aun dibakar di atas api neraka setiap pagi dan petang sebelum hari Kiamat. Sedangkan para Syuhada hidup di sisi Tuhan mereka dan mendapatkan rezeki. Itulah kehidupan arwah mereka, rezeki mereka terus berlangsung, padahal jasad mereka telah rusak.
Syaikh Ali Ahmad Abdul ‘Al Ath-Thahthawi.Misteri Ruh, Mimpi, dan Orang-orang yang Hidup Setelah Mati.Citra Risalah.Jakarta Selatan: 2008.
0 comments:
Post a Comment