Tangis bayi dan anak-anak yang masih amat muda itu mempunyai fungsi dan arti yang sangat kompleks. Melalui tangisnya bayi menampilkan keinginan, kebutuhan, rasa tidak senang, kesakitan, kemarahan, ketidaksabaran, kekecewaan, kekhawatiran, dan semua bentuk duka cita atau rasa-rasa negatif.
Dengan tangisnya, anak mengingatkan orang lain akan kehadirannya. Ia menuntut agar diperhatikan dan dikawani. Oleh karena itu tangis merupakan alat pengekspresi kehadirannya, dan sarana untuk mengajukan appel terhadap orang tua dan pengasuhnya. Tangis juga dijakdikan alat pemrotes terhadap pengabaian, keteledoran, kelupaan dan salah tindak dari orang tuanya.
Jadi, tangis dijadikan alat pengekspresi perasaan dan kemauan bayi. Juga sebagai pengganti bahasa yang belum berkembang. Oleh karena itu bisa dipahami, mengapa bayi dan anak kecil itu suka menangis dalam mengungkapkan perasaan dan kemauannya.
Tangis bayi yang lama dan menyayat hati, biasanya disebabkan oleh gangguan interaksi antara bayi dan ibunya. Umpamanya, bila ibu itu mengalami kecemasan, kerisauan, ketegangn batin, selalu absen secara psikis, dan selalu diliputi kepedihan hati. Emosi-emosi tersebut akan menular kepada bayinya, sehingga mengganggu kelancaran fungsi-fungsi psikis dan organik yang normal pada bayi. Selanjutnyam bayi itu lalu seringkali menangis.
Jelaslah kini, bahwa kerisauan, ketakutan, kecemasan, ketegangan batin, kesedihan dan macam-macam emosi negatif pada ibu bisa mengakibatkan perasaan yang sama pada bayinya. Sehingga peristiwa ini mengakibatkan tangis bayi yang lebih banyak daripada biasanya. Maka, tangis bayi yang terus menerus itu biasanya merupakan produk dari relasi yang tidak mapan antara ibu dan bayinya.
DR. Kartini Kartono. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Mandar Maju. Bandung: 1990
0 comments:
Post a Comment