Tuesday 21 June 2011

Misteri Ruh: Hakikat Ruh


Apa sih ruh itu? Dimanakah ia sebelum masuk ke jasad? Dimanakah ia setelah keluar dari jasad? Apakah ia bergentayangan di alam kita ini? Apa benar ruh bisa di panggil dan dihadirkan? 

Ruh adalah suatu kekuatan yang menumbuhkan kehidupan di alam ini, baik pada tumbuh-tumbuhan, binatang, maupun manusia. Namun ia lebih dominan pada sesuatu yang memiliki kepekaan dan dapat bergerak, mempunyai akal dan dapat berfikir, yaitu binatang dan manusia. Memang tidak ada nash yang rinci untuk mengungkap hakikat ruh dan menta’rifkannya. Agama tidak membahas mengenai ruh secara rinci, sehingga pembahasan manusia mengenainya mungkin benar atau salah. para peneliti sendiri berbeda pendapat mengenai ruh, baik dari kalangan orang-orang terdahulu maupun orang-orang sekarang, sehingga membuahkan bayak pendapat serta pengertian. 

Imam Al-Alusi menyebutkan ada seribu pendapat di kalangan para peneliti mengenai ruh. Menurutnya ada dua pendapat yang paling kuat, lalu dia menyebutkan yang terkuat diantaranya. Yaitu, sesungguhnya ruh itu merupakan jisim nurani yang tinggi dan hidup, berlawanan dengan jisim yang dapat diraba. Ruh itu berjalan pada jisim, tidak dapat diurai, dan tidak dapat dibagi. Ia meniupkan kehdiupan dalam jisim selama jisim itu layak menerimanya. Ibnul-Qayyim sangat setuju dengan pendapat ini karena sesui dengan al-kitab, sunnah, dan ijma’ para sahabat. Bahkan ia juga sesui dengan dalil aqli. Meskipun demikian, pendapat ini masih elum bisa mengungkapkan secara jelas tentang hakikat ruh. Ia hanya menyebutkan ciri-cirinya scara khusus, dan belum bisa menjelaskan hakikat yang sebenarnya. 

Sebelum ruh masuk ke dalam jasad, para ulama berbeda pendapat mengenai keadaannya. Mereka juga berselisih apakah ruh itu qadim atau hadits dan berada di mana ia sebelum masuk ke dalam jasad. Kemudian kelompok yang berpendapat bahwa ruh itu hadits, berselisih mengenai waktu hadits (baru)nya, yakni hadits sebelum jasad atau sesudah jasad. Sedangkan kebanyakan nash hanya menyebutkan bahwa ruh itu ditiupkan ke dalam jasad setelah ia diciptakan, sehingga dari tiupan ruh itu ke dalam jasad akan menimbulkan sebuah kehidupan. Selanjutnya ruh itu akan mennggalkan jasad. Maka para ulama berbeda pendapat, dimanakah ruh itu setelah ia meninggalkan jasad? Yang disebutkan oleh nash agama bahwa ia akan keluar dari badan lalu menyebabkan kematian, namun ruh itu akan tetap dapat merasa. Ia mendengar salam yang ditujukan kepadanya, dan melihat orang yang berziarah kepadanya. Bahkan ia juga merasakan kenikmatan di surga atau penderitaan di neraka. Adapun tempta keberadaannya berbeda-beda sesui dengan ketingian derajatnya di sisi Alah swt.
Sesungguhnya tidak ada larangan dalam agama untuk berusaha mengungkap hakikat ru. Namu ia tetap merupakan rahasia yang tidak dibuka oleh Allah swt. kepada manusia. Dalam hal ini,seperi banyak hal lainnya yang banyak dirasakan kemanfaatannya oleh manusia tanpa diketahui keadaan yang sebenarnya. Pintu penelitian tetap terbuka, dan agama tidak melarangnya. Bahkan tidak ada dasar bagi kelompok yang mengharamkan penelitian terhadap ruh. Dalam surat Al-Isra’ ayat 85, Allah berfirman yang artinya :
Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah, “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku.” 

Para ulama berpendapat bahwa sesungguhnya penjelasan tentang ruh telah ada dalam Al-Qur’an, dan sesungguhnya Allah telah menamakannya dengan’ruh’. “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (al-qur’an) dengan perintah Kami. (Q.S. Asy-Syuraa: 52). Jadi kedua ayat tersebut membenarkan pendapat ini.
Sebagaimana tidak ada dalil yang rinci mengenai ruh, demikian pula tidak ada dalil yang menegaskan secara khusus bahwa ruh itu dapat dipanggil atau dihadirkan oleh manusia, sehingga hal itu tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Dan apabila kita mendengarnya, maka bisa dipastikan hanyalah tipuan atau khayalan belaka. Jadi, kita boleh menolaknya sampai ada dalil yang dapat membuktikan kebenarannya. Namun, bagi seorang mukmin, hendaknya menerima saja apa yang telah diberitahukan oleh Allah swt. dan Rasul-Nya, sehingga tidak perlu mencari ata berpegang pada kepercayaan atau pendapat yang tidk menjadi syarat sahnya iman.

Syaikh Ali Ahmad Abdul ‘Al Ath-Thahthawi.Misteri Ruh, Mimpi, dan Orang-orang yang Hidup Setelah Mati.Citra Risalah.Jakarta Selatan: 2008.



0 comments:

Post a Comment