JAKARTA – Kanker kini bukan hanya
menjadi penyakit orang kaya atau orang kota. Kanker telah menjadi penyakit segala
lapisan ekonomi mayarakat.
"Beban biaya untuk pengobatan
kanker berat, tapi bukan berarti tak bisa diobati," kata Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Hasbullah Tabrany.
Untuk membuat kanker menjadi penyakit
yang bisa diobati secara biaya, delapan negara ASEAN kini mengadakan studi
mempelajari dampak kanker terhadap sosial dan ekonomi.
Forum dengan nama ASEAN Cost in
Oncology (ACTION) diluncurkan Jumat, (16/12) oleh menteri Kesehatan RI, Endang
Rahayu Setianingsih. Dari studi ini diharapkan bisa diketahui total biaya yang
membebani kehidupan rumah tangga jika salah satu anggotanya menderita sakit
kanker.
"Jika total biaya yang
diperlukan untuk pengobatan lebih tinggi dibandingkan pendapatan per kapita,
nanti biaya pengobatam diharapkan bisa dibiayai oleh pemerintah," ujar
Endang.
Penelitian yang rencananya akan
selesai pada 2013 ini juga diharapkan bisa merekomendasikan kebijakan
pemerintah untuk pencegahan kanker dengan skala nasional.
Di Indonesia, studi ini akan
mensurvei 2.400 data pasien kanker di 12 rumah sakit besar. Studi total di
ASEAN, rencananya akan melibatkan 10 ribu responden. Dari studi ini akan
dijitung total biaya pengobatan mulai dari diagnosa, transportasi.
Menkes berharap nantinya rumah sakit
swasta juga semakin banyak yang terlibat dalam memberikan jaminan kesehatan
kepada para penderita kanker. Hingga kini, baru 300 rumah sakit swasta yang
menggunakan Jamkes, padahal di Indonesia ada sekitar 800 rumah sakit.
Sumber : Republika.co.id
0 comments:
Post a Comment