ANKARA - Pemerintah Turki berencana
untuk merenovasi Masjid-masjid yang dibangun pada dinasti Ustmani di Libya dan
Gaza. Rencana itu mengemuka setelah Turki mendapat laporan dari kedua negara
itu bahwa Masjid peninggalan Ustmani dalam kondisi memprihatinkan.
Hilmi Özkazanç, CEO Perusahan
Kontruksi Nurol mengatakan Turki akan memulai rencana itu dengan merenovasi
Masjid Murad Agha di kota Tajura, dekat ibukota Libya, Tripoli. "Kami akan
datang ke Tajura, pekan depan, untuk melihat apa yang bisa dilakukan untuk
masjid. Kami perkirakan renovasi akan dilakukan akhir tahun ini," kata dia
seperti dikutip todayszaman.com, Senin (5/12).
Sebelumnya, Özkazanç mengunjungi
Tajura bersama dengan Duta Besar Turki untuk Libya, Ali Kemal Aydn. Selama
kunjungan Aydn mengatakan, "Masyarakat Libya akan mendirikan sebuah negara
yang akan menjadi contoh kawasan, dan kami akan membantu mereka."
Masjid Murad Agha dibangun pada 1552
oleh Agha, salah seorang komandan yang berperan dalam penaklukan Tripoli. Agha
kemudian menjabat sebagai gubernur provinsi itu. Masjid ini memiliki arsitektur
khas dinasti Ustmani dengan lantai Masjid yang terbuat dari marmer dan
diatasnya terdapat lengkungan yang menopang kubah.
Selama kunjungannya ke Libya,
September lalu, Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mengunjungi sejumlah
masjid bersama dengan Ketua Dewan Nasional Transisi Libya, Mustafa Abd
al-Jalil.
Di Gaza, pemerintah lokal telah
meminta bantuan dari Turki dalam pembangunan beberapa masjid setelah rusak
parah dalam Perang Gaza 2008-2009. Sebuah laporan yang dikeluarkan pejabat
lokal di Gaza, ada kebutuhan mendesak untuk pembangunan Masjid mengingat
pertumbuhan penduduk Gaza demikian cepat. Sementara, kapasitas Masjid yang ada
tidak lagi cukup menampung.
Selama konflik dengan Israel, 34
Masjid di Gaza hancur dan 161 lainnya rusak parah. Biaya proyek renovasi
tersebut telah mendorong para pejabat di Gaza untuk mencari bantuan dari luar.
Dana yang dibutuhkan untuk merenovasi Masjid-masjid tersebut mencapai $ 15
juta.
Dengan biaya demikian besar,
pemerintah lokal mengalami kesulitan untuk menanggungnya. Apalagi Israel
melakukan blokade ekonomi terhadap Gaza. Untuk itu, pejabat lokal Gaza meminta
bantuan Turki.
Gaza menjadi wilayah Utsmani pada
1516 ketika Sultan Selim Yavuz menjalankan politik ekspansi ke Mesir. Evliya
Celebi, wisatawan dari Utsmani yang mengunjungi Gaza pada 1649 sempat menulis
bahwa ada 11 masjid, dua kamar mandi, 600 toko dan 1.300 rumah yang dibangun pada
masa Ustmani.
Pada 1660, Gaza menjadi ibukota
Palestina. Ustmani kehilangan Gaza setelah mengalami kekalahan dalam perang
melawan Inggris pada 7 November 1917.
Sumber : Republika.co.id
0 comments:
Post a Comment