BOGOR - Pusat Studi Biofarmaka
Institut Pertanian Bogor melakukan penelitian mengenai potensi obat berbasis
herbal untuk penyakit demensia atau kepikunan.
"Sudah lebih dari dua tahun ini
tim kami melakukan penelitian yang berkaitan dengan potensi herbal untuk
demensia," kata Kepala Pusat Studi Biofarmaka IPB Prof Dr Ir Latifah K
Darusman, MS di Bogor, Jawa Barat, Jumat (2/12).
Menjawab pertanyaan ANTARA pada
diskusi ilmiah bertema "Tipe Demensia Alzheimer" yang menghadirkan
narasumber ahli saraf dr Andreas Harry Sp.S (K), ia mengemukakan bahwa
penelitian tersebut lebih difokuskan pada kadar asetilkolina (acetylcholine)
pada sejumlah herbal.
"Jadi, kami terus mencari
pada herbal apa saja yang kadar asetilkolinanya cukup kuat," kata Latifah
K Darusman.
Pada diskusi yang diikuti sejumlah
peneliti yang juga kandidat master (S2) dan doktor (S3) itu, pihak Pusat Studi
Biofarmaka IPB mendapatkan paparan yang cukup rinci dari Andreas Harry mengenai
demensia.
Ahli saraf lulusan Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya yang juga anggota 'Advance
Research Alzheimer's' itu menjelaskan bahwa demensia adalah sindroma klinik
yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan berkurangnya domain memori yang
menyebabkan gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari.
"Demensia bersifat progresif
bertahap, dan pada penderitanya tetap dalam keadaan sadar (normal
consiousness)," katanya.
Ia menjelaskan, pada konferensi
dokter ahli saraf dunia tentang Alzheimer yang berlangsung di Paris, Prancis,
pada pertengahan Juli 2011, para ahli memperkirakan bahwa penderita demensia
(kepikunan) di negara-negara berkembang akan meningkat drastis.
"Di negara-negara berkembang,
jumlah penderita demensia akan meningkat lebih drastis selama dekade
berikutnya, diperkirakan tiga sampai kali lipat lebih tinggi daripada di negara
maju," kata Andreas Harry, yang menjadi satu-satunya peserta asal
Indonesia yang diundang mengikuti konferensi dunia para dokter ahli Alzheimer
itu.
Konferensi internasional tentang
penyakit Alzheimer 2011 yang diselenggarakan Asosiasi Alzheimer (AAICAD) itu,
yang diikuti para peneliti dunia mengenai penyakit tersebut, juga menyimpulkan
obat baru 'memantine' adalah pengobatan yang unik bagi demensia, khususnya
jenis Alzheimer.
Selain itu, kata dia, 'memantine'
yang sudah masuk di Indonesia, namanya dikenal dengan "Ebixa", yang
disebutkan efektif dalam mencegah secara klinis memori yang memburuk.
"Jadi penurunan memori secara
dini harus dicegah untuk demensia di masa depan," kata ahli saraf di bawah
bimbingan Prof dr Djoenaidi Widjaya, Ph.D, Sp.S (K), yang juga dosen
pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara (Untar) Jakarta.
Sementara itu, pada konferensi ASEAN
Neurological Association (ASNA) 2011 di Sanur, Kota Denpasar, Bali pada awal
November 2011, Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi)
Prof Mohammad Hasan Machfoed, SpS (K) mengemukakan, pihaknya akan melakukan
orientasi program menemukan insiden prevalensi penyakit demensia (kepikunan)
pada masyarakat Indonesia.
"Kalau di luar negeri (angka
prevalensinya) langsung bisa diketahui karena datanya ada, sedangkan kalau di
kita (Indonesia) tidak. Angka (di Indonesia) cukup tinggi, namun jumlah
pastinya secara resmi belum ada," katanya.
ASNA adalah forum dua tahunan para
dokter ahli saraf di Asia Tenggara, sebagai ajang komunikasi dan pertukaran
pengetahuan di kalangan dokter ahli saraf se-Asia Tenggara (ASEAN). Meski untuk
prevalensi demensia di Indonesia belum ada angka resmi, namun Mohammad Hasan
Machfoed memprakirakan angkanya di kisaran lima hingga tujuh persen.
Hitungan angka yang diprakirakan itu,
kata dia, berapa penduduk Indonesia, berapa yang usianya tua (lanjut usia), dan
dari yang tua itu berapa yang mengalami demensia. "Kalau saya bisa
sebutkan kira-kira 80 persen dari demensia, jadi kalau diambil dari yang pikun
itu (jumlahnya) cukup tinggi," kata guru besar Fakultas Kedokteran Unair
kelahiran Madura, Jawa Timur, itu.
Dikemukakannya bahwa di Indonesia,
demensia itu makin banyak karena yang pertama, dari aspek usia. "Demensia
menjadi penting karena usia harapan hidup itu makin lama makin tinggi,
sedangkan demensia itu penyakitnya orang tua bukan anak-anak, dengan demikian
dengan kondisi tersebut maka timbul kelainan yang disebut demensia.
"Nah, nanti polanya akan ke
sana, justru mungkin akan terbanyak, karena apa, penyakit-penyakit yang
sifatnya degeneratif itu, salah satunya adalah demensia ini," katanya.
Sumber : Republika.co.id
0 comments:
Post a Comment