JAKARTA - Tari Saman dari Gayo Lues
dan sekitarnya di Provinsi Aceh resmi diakui dan masuk dalam daftar warisan
budaya tak benda yang memerlukan perlindungan mendesak UNESCO. "Melalui
sidang itu, seni budaya tari Saman dari Gayo Lues dan sekitarnya di Provinsi
Aceh resmi masuk ke dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda yang Memerlukan
Pelindungan Mendesak UNESCO," kata Kepala Pusat Informasi dan Komunikasi
Publik Kemparekraf, I Gusti Ngurah Putra dalam keterangan pers di Jakarta,
Kamis.
Tari Saman adalah tarian warisan
budaya asli suku Gayo sejak abad ke-13, di daerah Gayo Lues dan sekitarnya di
Provinsi Aceh. Dinamakan Saman, karena tarian ini dikembangkan oleh Syeh Saman
untuk penyampaian pesan keagamaan.
Pemain Saman adalah laki-laki,
umumnya muda, dan jumlahnya selalu ganjil duduk bersimpuh atau berlutut dalam
baris rapat.
Pemain memakai pakaian adat yang
dibordir dengan motif tradisional Gayo yang penuh simbolisme alam dan nilai
luhur.
Pelatih atau penangkat di tengah
memimpin pemain menyanyikan syair berisi pesan pembangunan, keagamaan, nasihat,
adat, sindiran, humor, bahkan romantis. Pemain bertepuk tangan, dada, paha dan
tanah/lantai, jentikkan jari, menggoyangkan badan kiri kanan, depan belakang,
menggoyangkan dan memutarkan kepala atas bawah kiri kanan, menggerakkan tangan,
menunduk secara sinkron sesuai ritme, kadang lambat, kadang cepat dan energik,
kadang serentak, kadang selang seling antara pemain dengan posisi ganjil dan
posisi genap dalam baris. Gerak Saman menggambarkan alam, lingkungan, dan
kehidupan sehari-hari masyarakat Gayo.
Saman dipertandingkan bila satu desa
mengundang desa lain guna menjalin hubungan silaturahmi antardesa.
Saman dipakai untuk menjamu tamu dan
untuk memeriahkan hari besar nasional dan keagamaan. Saman juga permainan
anak-anak suku Gayo di desa. Saman umumnya ditransmisikan secara informal
kepada anak kecil di desa.
Frekuensi pementasan Saman dan
transmisinya kepada generasi penerus menurun saat ini, walaupun masyarakat dan
Pemerintah sudah berusaha melestarikannya, sehingga diperlukan upaya
pelestarian mendesak.
Sumber : Republika.co.id
0 comments:
Post a Comment