Bagi
sebagian orang, mempelajari bahasa asing terasa susah dan sangat membebani
otak. Namun menurut penelitian, belajar bahasa asing justru bagus untuk otak
karena jadi lebih terbiasa untuk melihat sesuatu dari sisi yang berbeda.
Bahasa mewakili dunia dalam cara tertentu. Misalnya,
bahasa mengajarkan kita bahwa pink bukan warna yang sama seperti merah, dan
abu-abu tidak sama dengan hitam. Akademisi dari Universitas Newcastle dan
Universitas York di Inggris mendukung anggapan yang mengatakan bahwa belajar
bahasa membuat seseorang menjadi lebih pintar dengan dasar ilmiah yang kuat.
Bahasa yang berbeda juga mewakili makna yang
berbeda. Sebagai contoh, dalam Bahasa Inggris, blue artinya biru. Sedangkan
dalam Bahasa Italia, biru disebut dengan dua nama, celeste untuk biru muda, dan
blu untuk biru gelap. Jadi, ketika seorang yang biasa berbicara Bahasa Inggris
mempelajari Bahasa Italia, ia harus belajar untuk berpikir tentang warna yang
berbeda untuk menggunakan kata dengan benar.
"Kami sudah tahu bahwa mempelajari bahasa lain
meningkatkan pengetahuan kita tentang bahasa ibu kita, dan penelitian juga
sudah membuktikan bahwa mempelajari bahasa lain memiliki efek positif pada
otak," kata Prof Vivian Cook dari Newcastle University seperti dilansir
oleh Medicalxpress.com.
"Anak-anak muda saat ini berpendapat bahwa
menguasai dua bahasa dapat menunda timbulnya kepikunan ketika sudah tua,"
lanjutnya.
Para peneliti ingin mengambil langkah lebih lanjut
untuk melihat apakah menguasai dua bahasa bisa menjadi semacam bentuk latihan
pikiran. Berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa mempelajari dua bahasa
tidak secara langsung mengubah cara seseorang melihat dunia. Efek positif
menguasai bahasa lain adalah karena mempelajari bahasa baru menyebabkan
seseorang merangkul konsep baru yang tidak terwakili dalam bahasa ibu.
"Jika saya meminta Anda untuk memikirkan 'makan
siang', Anda mungkin akan berpikir tentang sebuah sandwich dengan keripik. Jika
saya bertanya kepada orang Italia untuk memikirkan 'pranzo' (Bahasa Italia
untuk makan siang), dia akan memikirkan hidangan pasta, daging, dan
sayuran," jelas Dr Benedetta Bassetti dari University of York.
"Ada banyak bukti penelitian yang membenarkan
bahwa orang yang menguasai dua bahasa berpikir dengan menggabungkan dua
pandangan yang mewakili dua bahasa yang mereka kuasai. Tapi terkadang mereka
juga membuat konsep baru yang tidak datang dari salah satu dari bahasa
itu," kata Prof Cook.
Pada tahun 1970-an, peneliti menemukan bahwa
anak-anak yang berbicara dengan bahasa Inggris beranggapan bahwa waktu berjalan
dari kiri ke kanan. Namun anak-anak Arab berpikir sebaliknya, dan mereka yang
mempelajari bahasa Inggris kemudian mengetahui bahwa kedua-duanya benar.
Prof Cook menemukan bahwa orang Italia menganggap
rubah lebih cantik dan lebih lembut, sedangkan orang Jerman menganggap tikuslah
yang lebih cantik dan lebih lembut. Hal ini terjadi karena rubah dalam tata
Bahasa Italia bersifat feminin dan dalam tata Bahasa Jerman bersifat maskulin.
Sedangkan tikus bersifat maskulin dalam bahasa Italia dan feminin dalam Bahasa
Jerman. Mereka yang menguasai kedua bahasa tersebut tidak akan terbingungkan
sebab persepsi mereka tidak berdasarkan tata bahasa.
Sumber :
ForumkamiNET
0 comments:
Post a Comment